Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi menyatakan asap kawah atau solfatara bertekanan lemah hingga tebal masih mengepul di puncak Gunung Merapi, Selasa, setelah gunung berapi itu mengalami erupsi tiga kali pada Jumat (1/6).

"Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 10-20 meter di atas puncak kawah," kata Penyusun Laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Heri Suparwaka dalam keterangan tertulisnya.

Menurut pantauan BPPTKG pukul 00.00-06.00 WIB, menurut Heri, ada sejumlah aktivitas kegempaan di Gunung Merapi. Gempa hembusan tercatat terjadi satu kali dengan amplitudo 9 mm dan durasi 17,5 detik, gempa guguran tercatat tiga kali terjadi dengan amplitudo 3-12 mm dan durasi 21-50 detik, gempa hybrid satu kali terjadi dengan amplitudo 14 mm dan durasi 19 detik, serta gempa tektonik jauh dua kali terjadi dengan amplitudo 5 mm dan durasi 68.9-255 detik.

Sementara cuaca di Gunung Merapi terpantau cerah, berawan, dan mendung dengan angin bertiup lemah hingga sedang ke arah selatan, barat daya, dan barat. Suhu udara 16 sampai 20.8 derajat Celsius kelembaban udara 71-94 persen dan tekanan udara 871 sampai 918.8 mmHg.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida meminta masyarakat tidak panik dengan asap solfatara yang akhir-akhir ini kerap berhembus dari gunung api teraktif di Indonesia itu.

Hanik menjelaskan bahwa asap solfatara yang keluar dari gunung di perbatasan Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) serta Magelang, Boyolali, Klaten di Jawa Tengah tersebut merupakan peristiwa normal yang menunjukkan adanya aktivitas vulkanik di Gunung Merapi.

"Karena memang mulai tanggal 11 Mei 2018 ada letusan, sehingga asap yang keluar tersebut selama beberapa minggu ini merupakan bagian adanya aktivitas," kata Hanik.

Berdasarkan data aktivitas vulkanik Merapi, hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.

Kegiatan pendakian Gununng Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan BPPTKG, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.

"Radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk. Masyarakat yang tinggal di KRB lll mohon meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi," demikian imbauan BPPTKG merujuk pada warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana.

Gunung Merapi yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah terakhir meletus tiga kali pada Jumat (1/6). Di akun Twitter resminya, BPPTKG menyatakan letusan pertama setinggi 6.000 meter terjadi pada pukul 08.20 WIB, kedua setinggi 2.500 meter pada pukul 20.24 WIB, dan ketiga setinggi 1.000 meter pada pukul 21.00 WIB pada hari itu.

Baca juga:
BPPTKG imbau masyarakat tak panik dengan asap solfatara Merapi
Pascaletusan jalur wisata TN Gunung Merapi ditutup

 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018