"...air tercemar parah akibat asap yang membubung..."
Baghdad (ANTARA News) -  Irak pada Senin meminta bantuan internasional untuk menyelamatkan kehidupan di daerah rawa, di bagian tenggara negeri itu, dari kebakaran akibat kemarau dan temperatur tinggi.

Menurut satu pernyataan dari Kementerian Sumber Daya Air Irak, kebakaran hutan yang terjadi di Rawa Hawiyeh, kompleks rawa yang membentang di perbatasan Irak Timur dengan Iran, menyebar lebih jauh ke dalam wilayah Irak setelah padam di wilayah Iran.

"Kebakaran saat ini telah terjadi di daerah padat alang-alang di bagian utara Rawa Hawiyeh akibat sangat langkanya air dan rendahnya arus air ke rawa Irak, yang mencapai tingkat paling rendah tahun ini," kata Kementerian tersebut.

"Temperatur tinggi yang tak pernah terjadi sebelumnya menambah penyebaran api, dan sangat mempengaruhi status kesehatan warga lokal serta keragaman hayati di wilayah itu, sementara air tercemar parah akibat asap yang membubung dari kebakaran ini," tambah Kementerian tersebut.

Selama 20 hari belakangan ini, kebakaran hutan telah melahap lebih dari 16.000 hektare rawa di Irak, serta sebanyak 2.000 hektare lahan di wilayah Iran, kata pernyataan itu, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Senin.

Kementerian Irak tersebut menyeru "organisasi dan lembaga internasional agar memberi dukungan dan bantuan buat rakyat di daerah itu, termasuk air minum, bahan makanan pokok dan makanan ternak guna membantu mereka mengatasi krisis".

Selama musim panas tahun ini, aliran air sangat sedikit ke Rawa Hawiyeh dari aliran utamanya, Sungai Karkha, di Iran dan Sungai Tigris di Irak, sehingga terjadi kekurangan air parah dan tersebarnya alang-alang kering.

Kompleks Rawa Hawiyeh ditambahkan ke dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada 2016. Kompleks rawa tersebut juga adalah bagian dari Konvensi Ramsar atau Konvensi Tanah Basa, sebuah kesepakatan antar-pemerintah yang menyediakan kerangka kerja bagi aksi nasional dan kerja sama internasional bagi pelestarian dan penggunaan secara bijaksana rawa serta sumber dayanya.

 

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018