Selasa pukul 13.00 WIB radiogram milik Pemerintah Kota Bandung berdering. Satu pesan yang mengantarkan sebuah tanggung jawab besar telah dimulai.

Ridwan Kamil yang saat itu tengah bertugas membereskan pekerjaan rumah Kota Bandung pun, diam terduduk. Ia harus segera berkemas untuk pergi ke Jakarta memenuhi panggilan negara.

Tak memiliki waktu panjang, ia hanya berpamitan dengan kepala dinas di lingkungan Pemkot Bandung. Tangis haru perpisahan menyelimuti Balaikota, tanda bahwa kepemimpinannya sebagai Wali Kota Bandung, berakhir.

Pada Rabu pagi, Presiden Joko Widodo melantik sembilan gubernur, di mana satu diantaranya adalah Ridwan Kamil. Jalan Arsitektur telah membawanya menuju pintu gerbang Gedung Pakuan. Mimpi yang tidak pernah ia terpikirkan sebelumnya bisa menjadi orang nomor satu di Jawa Barat.

Ridwan Kamil resmi menjadi Gubernur Jawa Barat setelah menang dalam Pemilu menggantikan Ahmad Heryawan yang telah menjabat selama 10 tahun atau dua periode terhitung sejak 2008 hingga 2018.

Pria yang akrab disapa Emil ini menjadi Gubernur ke-16 Jawa Barat. Namanya kini mengisi deretan tinta emas kepemimpinan Gedung Sate.

Jika ditarik ke belakang, kursi kepemimpinan Jawa Barat diisi dari berbagai macam kalangan dan latar belakang. Adapun Gubernur Jawa Barat dari masa ke masa sebagai berikut,

1. Mas Sutarjo Kertohadikusumo (18 Agustus 1945-Desember 1945)

Mas Sutarjo Kertohadikusumo menjadi Gubernur Jabar pertama. Menurut UU No. 1 Tahun 1945, daerah Jawa Barat saat itu menjadi daerah otonom provinsi. Sekalipun ia adalah Gubernur Jawa Barat, namun ia tidak berkantor di Bandung, melainkan di Jakarta.

Sutardjo merupakan tokoh nasional yaitu anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Ia juga penggagas Petisi Sutarjo. Petisi ini diajukan pada 15 Juli 1936, kepada Ratu Wihelmia serta parlemen Belanda. Petisi ini diajukan karena ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan politik Gubernur Jenderal De Jonge.

2. Datuk Djamin (Desember 1945-1946)

Tokoh nasional ini menduduki jabatan Gubernur Jawa Barat ketika ibu kota negara Jakarta diduduki tentara sekutu dan kemudian ibu kota dipindahkan ke Yogyakarta.

3. Murjani (1946-1947)

Murjani adalah Gubernur Jawa Barat ke-3. Ia adalah salah satu tokoh Parinda (Partai Indonesia Raya). Pada masa pendudukan Jepang, atas campur tangan Soekarno dan M. Hatta, ia ditunjuk sebagai Bupati Indramayu.

Ia mendorong kaum terpelajar mengambil alih kedudukan Pangreh Praja sehingga orang Jepang tidak meragukan bahwa orang Indonesia tidak memiliki kepemimpinan.

4. Raden Mas Sewaka (1947-1948)

Raden Tumenggung Aria atau Raden Mas Sewaka menjadi gubernur Jabar keempat dan keenam. Hampir seluruh hidupnya dihabiskan dalam bidang pemerintahan.

Sebelum menjadi gubernur, ia bekerja sebagai juru tulis, mantri polisi, dan camat Jatiwangi.

5. Ukar Bratakusumah (1948-1950)

Ukar Bratakusumah menjadi gubernur Jabar di masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Ia juga tercatat pernah menjabat sebagai rektor institut Teknologi Bandung pada 1964-1965.

6. Raden Mas Sewaka (1950-1951)

Raden Tumenggung Aria atau Raden Mas Sewaka kembali menjadi gubernur Jawa Barat keenam.

7. Mohamad Sanusi Hardjadinata (1951-1956)

Dalam era Sanusi, menjadi titik emas bagi Bangsa Indonesia. Pasalnya, pada tahun 1955 sejarah mencatat Bandung sebagai tuan rumah penyelenggara Konferensi Asia Afrika.

Sanusi menjadi salah satu tokoh KAA. Saat itu ia memiliki tugas sebagai ketua panitia lokal KAA.

8. Ipik Gandamana (1956-1960)

Ipik menjadi gubernur ke-8 Jawa Barat menggantikan Sanusi. Ia mengisi posisi tersebut setelah Sanusi ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri dalam kabinet Djuanda.

9. Mashudi (1960-1970)

Mashudi menjabat gubernur Jawa Barat selama dua periode. Mashudi adalah gubernur pertama yang berlatar belakang militer setelah kemerdekaan.

10. Solihin Gatutama Purwanegara (1970-1975)

Solihin Gatutama Purwanegara atau yang lebih dikenal sebagai Solihin GP atau Mang Ihin dikenal sebagai gubernur rakyat. Ia memiliki perhatian besar untuk mengatasi rawan pangan di wilayah Indramayu dengan cara memasyarakatkan padi gogo rancah.

11. Aang Kunaefi (1975-1985)

Sebelum menjadi gubernur Jawa Barat, Aang meniti karier di militer sebagai Komandan Kodim Kota Cirebon dan Panglima Kodam VI Siliwangi.

12. Yogie Suardi Memet (1985-1993)

Di masa kepemimpinan Yogie ketika ia menjabat Komandan Yon 330 Kujang I Siliwangi dan ditugasi menghadapi DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar di Sulawesi. Ia bertekad pasukannya tidak akan pulang ke Bandung sebelum Kahar ditangkap.

Yogie akhirnya diangkat sebagai gubernur Jabar pada 1985 hingga 1993. Ia meninggal dunia pada Kamis 7 Juni 2007 akibat penyakit gagal ginjal.

13. Raden Nana Nuriana (1993-2003)

Nuriana merupakan seorang purnawirawan dengan pangkat terakhir Mayjen TNI. Sebelum menjadi gubernur ia menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi pada 1991-1993.

14. Danny Setiawan (2003-2008)

Danny Setiawan merupakan gubernur Jabar dari Partai Golkar. Ia sempat terjerat kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran pada tahun 2003. Akibat perbuatannya, negara dirugikan Rp2,5 miliar.

Danny menjalani hukuman penjara di Lapas Sukamiskin Bandung pada 2009 dan dinyatakan bebas bersyarat pada 18 Februari 2011.

15. Ahmad Heryawan (2008-2018)

Ahmad Heryawan atau yang akrab disapa Kang Aher terpilih sebagai gubernur dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sebelum menjadi gubernur ia banyak berkiprah di Senayan sebagai anggota parlemen DPR RI dua periode sejak 1998.*

Baca juga: Ridwan Kamil bentuk grup Whatsapp untuk koordinasi

Baca juga: Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul dilantik pada Rabu


 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018