Pertemuan antara Presiden Trump dengan Xi Jinping memberikan paling tidak solusi yang positif, sehingga dampaknya juga positif kepada mata uang negara berkembang
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menilai berlanjutnya penguatan kurs rupiah yang telah meninggalkan level Rp15.000 per dolar AS ke level Rp14.800-Rp14.900 per dolar AS turut ditopang ekspektasi meredanya perang dagang.

Ekspektaai itu menyusul rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di perhelatan G-20, serta realisasi pertumbuhan ekonomi domestik kuartal III 2018 yang sebesar 5,17 persen.

"Pertemuan antara Presiden Trump dengan Xi Jinping memberikan paling tidak solusi yang positif, sehingga dampaknya juga positif kepada mata uang negara berkembang," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Jakarta, Selasa.

Selain itu, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 yang sebesar 5,17 (tahun ke tahun) persen juga memberikan deskripsi bahwa konsumsi, investasi dan ekspor masih terus bertumbuh, meskipun belum bisa terakselerasi signfikan dan masih dihantui meningkatnya laju impor. 

"Tapi sebenarnya angka pertumbuhan kuartal III itu masih cukup tinggi karena dorongan dari permintaan domestik, investasi dan konsumsi juga masih besar," ujar Dody.

Nilai tukar rupiah pada Selasa ini menunjukkan berlanjutnya tren penguatan ke posisi Rp14.800-Rp14.900 per dolar AS dan telah meninggalkan Rp15.000 dalam beberapa hari terakhir. 

Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dolar AS Rate (Jisdor) pada Selasa ini menunjukkan rupiah diperdagangkan di Rp14.891 per dolar AS.

Di pasar spot hingga pukul 15.00 WIB, rupiah lebih kuat lagi dengan dihargai Rp14.794 per dolar AS.

Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping, dua pemimpin negara raksasa ekonomi dunia, merencanakan pertemuan di sela-sela pertemuan Grup-20 di Argentina pada akhir November 2018.

Pertemuan itu diklaim untuk membahas solusi perang dagang antara dua negara yang telah terjadi sejak awal tahun.

Semua pelaku pasar keuangan global kini menanti perkembangan dari rencana pertemuan pemangku kebijakan paling berpengaruh itu.

"Semua berharap positif terhadap pertemuan antara Presiden AS Trump dengan Xi Jinping (Presiden China) untuk memberikan paling tidak solusi yang positif, sehingga dampaknya juga positif kepada mata uang negara berkembang, rupiah pun mengalami penguatan," ujar Dody.

Sementara itu, BI berjanji akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan melakukan berbagai langkah kombinasi. Upaya itu bisa melalui kenaikan bunga acuan, dan juga intervensi pasar.

"Stabilisasi rupiah terus kami lakukan, tentunya dalam beberapa hal kombinasi. Kami memainkan suku bunga, intervensi," katanya.

BI menetapkan suku bunga acuan kebijakan moneter di 5,75 persen per Oktober 2018. Untuk posisi kebijakan moneter di dua bulan terakhir 2018, Bank Sentral masih mengkaji data terakhir perekonomian global dan domestik.

Baca juga: Rupiah menguat imbas aksi lepas dolar jelang pemilu AS

Baca juga: Awal pekan rupiah menguat jadi Rp14.955, ini penyebabnya




 
 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018