Revolusi Industri 4.0 merupakan era di mana terjadi konektivitas secara nyata antara manusia, mesin, dan data.
Singapura (ANTARA News) - Sejak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada 1967, ASEAN telah membangun komunitas ekonomi regional yang stabil, terbuka, dan inklusif, yang membawa pertumbuhan dan kemakmuran bagi masyarakat di kawasan.

Meskipun ketidakpastian global dan ketegangan perdagangan meningkat, ASEAN terus menjadi mesin pertumbuhan.

ASEAN menikmati pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan sebesar 5,1 persen dari tahun 2011 hingga 2016, jauh di atas rata-rata global sebesar 3,9 persen.

Hal tersebut dapat dicapai karena fundamental ekonomi ASEAN yang kuat dan komitmen yang teguh terhadap integrasi ekonomi regional.

Masa depan ASEAN memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Hal itu dipicu oleh investasi asing langsung yang tumbuh, populasi muda sebesar 630 juta, serta kelas menengah yang sedang tumbuh.

ASEAN siap untuk menjadi ekonomi tunggal terbesar keempat di dunia pada tahun 2030, setelah Uni Eropa, Amerika Serikat, dan China.

Sementara itu, ASEAN adalah pasar internet tercepat di dunia, dengan 330 juta pengguna. Pada tahun 2025, ekonomi internet di ASEAN akan menjadi empat kali lipat menjadi 200 miliar dolar AS dari saat ini 50 miliar dilar pada tahun 2017. Dengan perdagangan elektronik (e-commerce) diperkirakan akan tumbuh menjadi 88 miliar dolar.

Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan populasi yang muda dan serta melek teknologi menjadi pendorong utama pertumbuhan ini, didukung oleh peningkatan investasi infrastruktur teknologi informasi, baik oleh pemerintah maupun bisnis.

Potensi perdagangan elektronik (e-commerce) di kawasan ini telah menarik banyak pendatang asing, seperti Amazon dan Alibaba yang didirikan di wilayah tersebut.

Bahkan,, perusahaan rintisan yang memiliki valuasi di atas satu miliar dolar AS, unicorn, tumbuh di kawasan ASEAN, seperti Lazada dari Singapura dan Tokopedia dari Indonesia. Mereka memiliki kehadiran yang cukup besar di pasar e-commerce regional saat ini.

 Untuk meningkatkan pertumbuhan e-commerce di kawasan Asia Tenggara, para menteri ekonomi ASEAN menegaskan komitmen mempromosikan dan memfasilitasi inovasi dan pergerakan e-commerce.

Ini dilakukan dengan menandatangani Perjanjian Pengembangan Niaga Elektronik (ASEAN Agreement on E-Commerce). Penandatangan dilakukan dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-33, di Singapura.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan perjanjian tersebut pertama kalinya dilakukan di dunia yang ditandatangani dalam konteks regional Kesepakatan Perdagangan Bebas (FTA) untuk memfasilitasi dan menciptakan lingkungan yang inovatif bagi perkembangan e-commerce.

Ketentuan pada perjanjian ini mengatur perdagangan lintas batas antarnegara anggota ASEAN, lokalisasi fasilitas komputerisasi, serta mendorong negara-negara di kawasan ASEAN untuk mewujudkan sistem pembayaran elektronik yang aman dan saling terintegrasi satu sama lain.

ASEAN yakin bahwa implementasi perjanjian ini membuat perekonomian Indonesia dan negara anggota ASEAN lainnya akan tumbuh pesat.

Ketua Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN Indonesia itu, mengatakan perjanjian tersebut memberi ruang bagi seluruh anggota ASEAN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis e-commerce dengan menerapkan kebijakan nasional masing-masing yang sejalan dengan perjanjian ini.

Ia juga meyakini bahwa dampak positifnya akan signifikan bagi Indonesia sebab pada saat yang bersamaan, Indonesia juga sedang mendorong tumbuhnya aktivitas bisnis, termasuk skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti usaha rintisan.

Sesuai Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik 2017-2019, Indonesia menargetkan untuk menjadi perekonomian digital terbesar pada 2020.

UMKM diharapkan dapat memanfaatkan platform niaga elektronik di Indonesia dan ASEAN untuk dapat menembus pasar ASEAN dan global.

"Untuk itu, pemerintah akan mendorong upaya peningkatan daya saing UMKM," ujar Enggartiasto.

Selain itu, para menteri ekonomi ASEAN menegaskan kembali keseriusan ASEAN dalam meningkatkan kualitas integrasi ekonomi melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tengah ketidakpastian ekonomi dunia saat ini.

Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan ASEAN menyelesaikan beberapa Perjanjian Perubahan pada masa Keketuaan Singapura tahun ini, di antaranya dalam bidang Perdagangan Barang (Protocol to Amend ATIGA), Perdagangan Jasa (Protocol to Implement the 10th AFAS Package dan ASEAN Trade in Services Agreement/ATISA), serta Investasi (The Fourth Protocol to Amend the ASEAN Comprehensive Investment Agreement/ACIA).

Ia berharap pelaku usaha Indonesia dapat secara aktif memanfaatkan peluang usaha dan investasi di dalam negeri dan di negara anggota ASEAN, baik di bidang barang, jasa, maupun investasi.

Khusus untuk perjanjian di bidang barang yang telah ditandatangani pada Agustus lalu, pelaku usaha Indonesia, baik produsen maupun pedagang, dapat memanfaatkannya secara maksimal sejak mulai diimplementasikannya Sertifikasi Mandiri dalam melakukan ekspor di ASEAN pada Maret 2019.

Selain itu, para menteri ekonomi ASEAN juga mendorong ASEAN untuk segera menyiapkan rencana kerja dalam meningkatkan kesiapan ASEAN menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Indonesia berharap dapat segera merealisasikan "roadmap making" Indonesia 4.0 yang fokus pada sektor industri, yaitu makanan dan minuman, otomotif, tekstil dan produk tekstil, elektronik dan kimia.

Selain itu, pemerintah juga menyiapkan berbagai program dan inisiatif yang telah dan sedang diimplementasikan, antara lain melalui pembangunan Science Techno Park (STP), pengembangan usaha rintisan digital dan digital talent, serta pengembangan kota pintar.

Pembahasan Revolusi Industri 4.0 sangat relevan bagi Indonesia, mengingat sejumlah program dan aksi juga telah dilakukan oleh Indonesia dan selanjutnya dapat dikerjasamakan di tingkat ASEAN untuk mendapat manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang.



Pasar

Euromonitor melaporkan bahwa menjadi pasar e-Commerce terbesar di Asia Tenggara. Pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta ditambah dengan pengguna media sosial sebanyak 79 juta dengan jumlah penduduk 259,1 juta jiwa.

Pada 2014, penjualan dalam jaringan Indonesia mencapai 1,1 miliar dolar AS, lebih tinggi daripada Thailand dan Singapura.

Meskipun demikian, penjualan e-commerce di Indonesia hanya menyumbang 0,07 persen, jika dibandingkan dengan total perdagangan retail.

Kontribusi yang belum cukup besar itu menandakan bahwa pasar e-commerce Indonesia berpotensi untuk tumbuh semakin besar mengingat penetrasi internet telah menjangkau sebanyak 90,5 juta jiwa dan di antara mereka sekitar 26,3 juta jiwa telah berbelanja secara daring.

Melihat hal tersebut, Indonesia menyiapkan sejumlah langkah strategis guna memacu pertumbuhan ekonomi digital. Salah satu caranya dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang melek terhadap teknologi terkini.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto aktif mendorong tumbuhnya pelaku usaha rintisan digital di dalam negeri.

Upaya ini untuk mengajak generasi muda Indonesia agar mengikuti perkembangan teknologi pada era Revolusi Industri 4.0 guna memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Ia mengharapkan pelaku usaha rintisan Indonesia sadar terhadap pentingnya infrastruktur digital yang menjadi ciri penerapan Revolusi Industri 4.0, seperti cloud computing untuk mendukung bisnisnya.

Untuk mendukung upaya tersebut, Kementerian Perindustrian terus meningkatkan kompetensi SDM guna mendukung pengembangan industri nasional.

"SDM terampil menjadi salah satu kunci penerapan ekonomi digital secara inklusif," kata dia.

Banyak program yang sudah Kemenperin buat untuk anak muda, misalnya mendorong technopark seperti Apple Academy, lokakarya Cloud Computing.

Selain itu bekerja sama dengan berbagai perusahaan, seperti NTT Communication serta melibatkan banyak kelompok masyarakat dan pengusaha baru.

"Ini yang harus kita masifkan ke publik sehingga masyarakat mengetahui peluangnya begitu besar di era digital," kata dia.

Perjalanan revolusi industri generasi keempat ini sama dengan revolusi industri sebelumnya, yakni mengubah cara pandang dalam berkegiatan atau proses produksi.

Hal itu, ucapnya, harus terus didorong agar semua sadar bahwa industri, aplikasi, atau servis dengan menggunakan teknologi akan terjadi akselerasi dalam pertumbuhan ekonomi.

Guna membangun industri manufaktur yang kokoh, Indonesia akan fokus pada lima sektor utama untuk penerapan awal dari teknologi Revolusi Industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronika.

Teknologi digital yang perlu diterapkan, antara lain Internet of Things, robotic, printer 3D, big data analysis, cloud computing, artificial intelligence, machine learning, wearable augmented, virtual reality, dan automation.

Di samping itu, kegiatan Making Indonesia 4.0 Startup, bisa menjadi ajang sosialisasi mengenai implementasi Revolusi Industri 4.0 di Tanah Air serta menjembatani hasil inovasi anak bangsa untuk kebutuhan di sektor industri manufaktur.

"Revolusi Industri 4.0 merupakan era di mana terjadi konektivitas secara nyata antara manusia, mesin, dan data," kata Menteri Airlangga.*


Baca juga: Mendag: ASEAN sepakat kerja sama "E-Commerce" pertama di dunia

 

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018