Salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim global yang merusak kualitas tanaman tembakau
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Universitas Trunojoyo Madura Saniman mengatakan kebanyakan petani di Madura merasa merugi setelah menanam tembakau karena hanya balik modal padahal perawatannya cukup rumit.

"Salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim global yang merusak kualitas tanaman tembakau," kata Saniman dalam "Diseminasi Hasil Penelitian Situasi dan Tantangan Pengendalian Tembakau" di Jakarta, Rabu.

Saniman mengatakan hanya sedikit petani yang merasakan euforia panen karena menikmati harga tembakau yang tinggi. Padahal di sisi lain, harga jual tembakau juga tidak adil bagi kebanyakan petani.

Menurut Saniman, harga dan kualitas tembakau petani ditentukan secara sepihak oleh "grader". Petani sama sekali tidak memiliki nilai tawar terhadap harga dan kualitas yang ditetapkan "grader".

"Tata niaga tembakau selama ini tidak transparan, sehingga petani tidak ada pilihan," katanya.

Saniman mengatakan petani merasa merugi karena harga jual tidak sebanding dengan perawatan tanaman tembakau yang cukup rumit. Untuk mendapatkan daun berkualitas, tanaman tembakau harus diawasi pagi hingga malam.

"Diseminasi Hasil Penelitian Situasi dan Tantangan Pengendalian Tembakau" diadakan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Jakarta berdasarkan 10 penelitian terpilih dari Jaringan Penelitian Pengendalian Tembakau Indonesia (ITCRN) angkatan II.

"ITCRN merupakan kerja sama Lembaga Demografi Universitas Indonesia dengan John Hopkins Bloomberg School of Public Health," jelasnya.

Baca juga: Petani tembakau girang, harga tembus Rp40.000/kg
Baca juga: Peneliti temukan petani khawatirkan tembakau impor

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018