Jakarta (ANTARA News) - Pemuda Indonesia mengikuti program Youth for Movement (Y4M) untuk mempelajari perbandingan Indonesia, Korea Selatan, dan negara-negara ASEAN di bidang pendidikan, pembangunan desa, dan ekonomi kreatif.

Peserta yang terdiri dari mahasiswa terbaik berbagai universitas, antara lain IPB, UGM, Unair, UPI, ITS, dan Widyatama University mengikuti kegiatan tersebut pada 16-19 Februari 2019, yang dilaksanakan oleh Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara Bogor.

Berdasarkan keterangan tertulis Youth for Movement yang diterima di Jakarta, Sabtu, disebutkan bahwa para mahasiswa tersebut mengikuti kegiatan pertama yakni Joint Conference Y4M-ASEAN Youth Network Korea (AYNK) di Seoul City Hall, Korea Selatan pada 17 Februari.

Sesi ini ditujukan agar pemuda Indonesia dapat mengkomparasi Indonesia dan Korea serta negara-negara di ASEAN terkait pendidikan, pembangunan desa,dan ekonomi kreatif. 

Perbandingan tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan untuk memberi solusi atas permasalahan di Indonesia dari solusi yang telah berhasil diterapkan di negara-negara ASEAN ataupun Korea.

Acara diawali dengan sambutan dari Wakil Presiden AYNK Ms.Hongsanass sekaligus mengenalkan organisasi dan program-program yang telah dilakukan.

Setelah itu, para delegasi melakukan presentasi per kelompok terkait komparasi Indonesia dan Korea.

Tidak kalah menarik, setelah itu dilakukan FGD per kelompok yang membahas perbandingan dan solusi di bidang pendidikan, pengembangan desa dan ekonomi kreatif dari Indonesia, Korea, serta beberapa negara di ASEAN.

Kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Masjid Sirathal Mustaqim, Ansan, di mana para peserta berdiskusi dengan pekerja migran Indonesia di Kota Ansan.

Sesi ini ditujukan agar pemuda Indonesia dapat mengetahui perjuangan pekerja migran Indonesia dalam bekerja dan beribadah secara Islami, juga untuk mengetahui infrastruktur peribadatan umat Muslim di Korea Selatan.

Dalam diskusi tersebut dibahas mengenai kehidupan pekerja migran Indonesia di Korea, makanan halal, toleransi ibadah, hingga beasiswa dan lapangan pekerjaan untuk warga Indonesia di Korea.

Dalam diskusi tersebut para peserta program mengetahui bahwa masyarakat Indonesia yang hendak bekerja maupun studi di Korea perlu beradaptasi dalam hal sulitnya akses dan izin untuk shalat, mendapat makanan halal, serta tingginya tekanan dalam mengampu pendidikan tinggi. 

Yang lebih menarik lagi, ternyata diungkap bahwa pekerja migran asing yang beragama Islam cenderung lebih solid karena merasa sebagai minoritas. Banyak diantara mereka menjadikan masjid Sirathal Mustaqim Ansan sebagai rumahnya.

Keesokan harinya, para peserta mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan Imam Besar Korea Muslim Federation (KMF) di Seoul Central Masjid.

Kegiatan ini dilaksakan agar para pemuda Indonesia mengetahui perjuangan dan peran KMF di Korea, salah satunya sebagai lembaga penerbit sertifikasi halal di Korea. 

Selanjutnya pada 19 Februari, dilaksanakan kunjungan pendidikan ke Kedutaan Besar RI di Korea Selatan, di mana para peserta diberi pemahaman mengenai tugas-tugas perwakilan RI di luar negeri dan bagaimana KBRI Seoul dapat menjaga dan melindungi WNI di Korea Selatan secara berkelanjutan.

Sesi ini dihadiri oleh Duta Pemegang Fungsi Pendidikan, Sosial Budaya dan Diplomasi Publik KBRI Seoul Purno Widodo yang menyampaikan materi mengenai fungsi-fungsi KBRI dan peluang beasiswa untuk studi di Korea Selatan.

Kegiatan Y4M ini diharapkan akan terus berlanjut guna memberikan inspirasi pemuda Indonesia dalam membangun bangsanya.

Baca juga: Mahasiswa Indonesia berprestasi di Korea raih pujian

Baca juga: Peran Indonesia dalam perdamaian Semenanjung Korea diapresiasi

Baca juga: BKPM: hubungan bilateral Indonesia-Korsel seperti pernikahan

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019