Spekulan tampaknya bertaruh pada kenaikan harga-harga saham di belakang Fed yang dovish
Tokyo (ANTARA) - Saham-saham pada Bursa Asia diperdagangkan di kisaran sempit, melayang di dekat tertinggi enam bulan pada Selasa pagi, menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), sementara sterling berfluktuasi karena ketua parlemen Inggris melarang pemungutan suara lagi pada kesepakatan Brexit yang sama.

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang hampir datar, hanya sedikit di bawah level tertinggi sejak 21 September.

Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,5 persen, sementara saham Australia turun 0,1 persen.

Ketiga indeks utama AS naik semalam, terangkat oleh bank dan teknologi ternama, dengan Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite, masing-masing bertambah antara 0,3 persen hingga 0,4 persen.

"Spekulan tampaknya bertaruh pada kenaikan harga-harga saham di belakang Fed yang dovish. The Fed tidak mungkin membunuh harapan seperti itu. Namun ada risiko The Fed bisa menurunkan dovishness-nya," kata Ahli Strategi Lintas Aset  Nomura Securities, Masanari Takada, seperti yang dikutip dari Reuters.

Dengan tanda-tanda pertumbuhan ekonomi global melambat, para pedagang fokus pada Federal Reserve, yang memulai pertemuan kebijakan dua hari pada Selasa waktu setempat, untuk petunjuk tentang kemungkinan jalur biaya pinjaman AS.

Secara khusus, investor akan fokus pada apakah para pembuat kebijakan telah cukup menurunkan perkiraan suku bunga mereka untuk lebih menyelaraskan dot plot mereka, sebuah diagram yang menunjukkan pandangan suku bunga masing-masing pembuat kebijakan untuk tiga tahun ke depan.

Diharapkan juga lebih detail tentang rencana untuk berhenti memotong kepemilikan The Fed hampir 3,8 triliun dolar AS dalam bentuk obligasi.

"Fokus utama adalah ketika The Fed akan menghilangkan kata 'sabar' dari pernyataannya, karena itu akan menjadi prasyarat untuk kenaikan suku bunga," kata Kepala Strategi Pendapatan Tetap Daiwa Securities, Toru Yamamoto, .

Di pasar mata uang, pound menemukan pijakan yang lebih kuat pada Selasa setelah tergelincir ke level 1,3183 dolar semalam, karena anggota parlemen meragukan upaya ketiga Perdana Menteri Theresa May untuk membuat parlemen mendukung perjanjian Brexit-nya.

Rencana Brexit May dilemparkan ke dalam kekacauan lebih lanjut pada Senin (18/3) ketika pembicara parlemen memutuskan bahwa dia tidak dapat menempatkan kesepakatan perceraiannya dengan pemungutan suara baru, kecuali jika diajukan kembali dalam bentuk yang berbeda secara fundamental.

May hanya memiliki dua hari untuk memenangkan persetujuan untuk kesepakatannya meninggalkan Uni Eropa, jika dia ingin pergi ke pertemuan puncak dengan para pemimpin blok pada Kamis (21/3) dengan sesuatu untuk menawarkan mereka sebagai imbalan untuk waktu yang lebih lama.

Sementara itu, diplomat senior mengatakan para pemimpin Uni Eropa bisa menunda membuat keputusan akhir tentang penundaan Brexit ketika mereka bertemu di Brussels akhir pekan ini, tergantung pada apa tepatnya yang diminta oleh May.

Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama nyaris tidak bergerak dan berada di 96.498.

Yen Jepang naik tipis 0,1 persen menjadi 111,27 yen terhadap dolar, sementara euro hampir datar di 1,1334 dolar.

Harga minyak naik mendekati level tertinggi empat bulan pada Senin, didukung oleh prospek perpanjangan pemotongan pasokan minyak yang dipimpin OPEC dan tanda-tanda penurunan persediaan dalam stok minyak mentah AS.

Pada Selasa pagi, minyak mentah berjangka AS tergelincir 0,2 persen menjadi 58,99 dolar AS per barel. Baca juga: Harga minyak ditutup pada level tertinggi 4-bulan karena pemangkasan OPEC

Baca juga: Wall Street berakhir menguat, tertahan saham Boeing dan Facebook

Baca juga: Saham Boeing jatuh lagi, sertifikasi jet 737 MAX banyak dipertanyakan


 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019