Aljier (ANTARA) - Kepala Staf Angkatan Darat Aljazair Letnan Jenderal Ahmed Gaed Salah mengatakan pada Rabu, ia tak memiliki ambisi politik.

Pernyataan itu disampaikan untuk menanggapi para pegiat demokrasi yang mengatakan bahwa ia bermaksud meniru model otoriter yang diterapkan Mesir.

Angkatan bersenjata telah memainkan peran penting di Aljaziar selama beberapa dekade dan telah mengelola masa peralihan setelah protes-protes yang memaksa Presiden Abdelaziz Bouteflika mengundurkan diri bulan lalu setelah berkuasa selama 20 tahun.

Aksi-aksi unjuk rasa terus berlanjut untuk menekan tuntutan-tuntutan bagi penghapusan elit veteran kemerdekaan, pencopotan para panglima keamanan dan taipan bisnis yang telah mengelola negara penghasil minyak dan alam utama sejak kemerdekaan dari Prancis tahun 1962 itu.

"Semua harus tahu bahwa kami tidak punya ambisi politik," kata Letjen Salah kepada televisi negara.

Pemilihan presiden sudah dijadwalkan berlangsung pada 4 Juli tetapi sebuah sumber terpercaya mengatakan pada Jumat pilpres kemungkinan ditunda.

Para pegiat Aljazair mengatakan mereka merasa prihatin transisi yang dijalankan tentara menuju demokrasi akan meniru seperti apa yang diberlakukan di Mesir.

Kepala Tentara Mesir tahun 2013, Abdel Fatah al-Sisi menggulingkan Presiden Mohamed Mursi yang dipilih secara bebas, memenangkan pemilihan tahun 2014 dan kemudian menekan para pendukung Mursi dan juga oposisi liberal dalam penumpasan terhadap para pembangkang.

Di Aljazair, para pengamat mengatakan tentara takut krisis akan berlanjut pada saat keamanan di Libya, negara tetangganya, memburuk.
Pertempuran antarfaksi terjadi di Libya untuk menguasai Ibu Kota Tripoli.

Salah mengatakan perang melawan korupsi dan kronisme, termasuk yang dikeluhkan para pemrotes, akan berlanjut dan ia tak sepakat dengan beberapa pejabat yang mengatakan hal itu bukan prioritas.

Awal bulan ini, mahkamah militer memenjarakan adik Bouteflika dan dua mantan kepala badan intelijen. Mereka termasuk di antara sejumlah pengusaha dan pejabat yang diperiksa karena korupsi menjelang pemilihan presiden.

Said Bouteflika, yang berperan sebagai penasehat presiden, bertindak sebagai penguasa nyata Aljazair setelah kakaknya menderita stroke tahun 2013 yang membuatnya menggunakan kursi roda.

Beberapa pengusaha, termasuk orang terkaya di Aljazair, Issad Rebrab, juga dijebloskan ke dalam penjara sambil menunggu pemeriksaan atas tuduhan-tuduhan korupsi.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019