Mumbai/Chennai (ANTARA) - Gelombang panas yang melanda India telah merenggut 36 jiwa dengan para pekerja termiskin sebagai kelompok yang paling terkena dampaknya, kata para pejabat kebencanaan mengatakan pada Rabu, dan memperingatkan suhu-suhu udara yang relatif tinggi membawa dampak atas beberapa negara bagian lagi daripada tahun-tahun sebelumnya.

Suhu udara di New Delhi, Ibu Kota India, mencatat rekor paling tinggi 48 derajat Celsius pada Selasa, sementara suhu udara Churu di Negara Bagian Rajashthan tercatat 51 derajat Celsius.

"Ini merupakan gelombang panas terburuk dari yang pernah ada. Tahun 2015, gelombang panas tercatat di sembilan negara bagian, ramalan tahun ini 23 derajat," kata Anup Kumar Srivastava, pakar kemarau dan gelombang panas di Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA).

"Kami sudah memverifikasi 36 kematian akibat gelombang panas berbanding 25 tahun lalu. Mereka sebagian besar buruh miskin yang berasal dari kawasan-kawasan pedesaan datang ke kota-kota untuk bekerja di jalan raya," kata Srivastava kepada the Thomson Reuters Foundation.

India menyaksikan kelangkaan air selama bulan-bulan di musim panas tetapi situasi tahun ini khususnya buruk di negara-negara bagian barat dan selatan negara itu karena curah hujan kurang dari normal pada musim penghujan 2018.

NDMA telah meramalkan gelombang panas akan melanda India sejak pertengahan Maret tetapi cuaca berubah ekstrim pada pertengahan Mei dan diperkirakan berlangsung hingga pertengahan Juni.

Sumber: Thomson Reuters Foundation
 

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019