Lima titik panas yang terpantau melalui citra satelit Terra dan Aqua pada Jumat pagi tersebut menyebar di Bengkalis, Rokan Hilir dan Pelalawan.
Pekanbaru (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi lima titik panas sebagai indikasi awal terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dengan tingkat kepercayaan diatas 50 persen.

BMKG menyatakan lima titik panas yang terpantau melalui citra satelit Terra dan Aqua pada Jumat pagi tersebut menyebar di Bengkalis, Rokan Hilir dan Pelalawan.

"Tiga titik panas di Bengkalis dan satu titik masing-masing di Rokan Hilir dan Pelalawan," kata Analis BMKG Sanya Gautami dalam keterangannya yang diterima Antara di Pekanbaru.

Secara umum, Sanya mengatakan titik panas tidak hanya menyebar di Provinsi Riau, namun di lima provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Selain tiga titik panas di Riau, turut terdeteksi 14 titik panas di Sumatera Selatan, tiga titik di Bengkulu, dua titik panas di Jambi dan satu titik masing-masing di Lampung serta Sumatera Utara.

Sementara itu, dari lima titik panas di Riau, BMKG menyatakan dua titik diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya kebakaran dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen hingga 100 persen.

"Dua titik api terdeteksi di Pulau Rupat Bengkalis dan Kecamatan Kuala Kampar, Pelalawan," ujarnya.

Baca juga: Polisi: jarak pandang di jalan mulai pendek dampak kabut asap

Satuan tugas pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau terus giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar turut berperan aktif mencegah kebakaran. Salah satu kegiatan patroli yang kini rutin dilakukan di wilayah Kampar, bersamaan dengan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke 105 Kabupaten Kampar.

"Jangan ragu. Laporkan langsung kepada kami jika menemukan titik kebakaran dan melihat diduga pelaku pembakaran," kata Komandan Komando Distrik Militer 0313/KPR Letkol Inf Aidil Amin.

Aidil mengatakan saat ini ratusan prajurit TNI telah dikerahkan ke lokasi rawan kebakaran di wilayah Distrik Militer Kampar. Mereka ditugaskan untuk melakukan penanggulangan dan fokus pada pencegahan kebakaran lahan di wilayah rawan.

"Peran aktif masyarakat akan sangat membantu dalam menanggulangi Karhutla di wilayah kita," ujarnya.

Hingga awal Juli 2019 ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat lebih dari 3.300 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Kabupaten Bengkalis menjadi wilayah yang terluas mengalami Karhutla dengan luas mencapai 1.435 hektare. Selain Bengkalis, kebakaran turut melanda wilayah Rohil dengan luas kebakaran mencapai 606,25 hektare.

Selanjutnya Siak 366 hektare, Dumai 269,75 hektare dan Meranti 232,7 hektare. Kemudian, di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) 120 hektare, Pelalawan 95 hektare, Indragiri Hulu (Inhu) 71,5 hektare, Kampar 64,9 hektare dan Kuansing lima hektare.

Akan tetapi angka yang dirilis BPBD Riau itu berpotensi lebih besar setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan luas kebakaran di Riau sepanjang 2019 ini mencapai lebih dari 27.000 hektare lebih.

Baca juga: Gara-gara kabut asap, pesawat Sriwijaya Air batal mendarat di Supadio
Baca juga: Alat ukur pencemaran udara rusak di Palangka Raya dipertanyakan


Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019