Kalau Pak Jokowi kan selalu menyampaikan kemandirian dan ketahanan kesehatan. IMERI perannya di situ
Jakarta (ANTARA) - Institusi riset Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) menyatakan siap untuk menyukseskan program kemandirian kesehatan yang diusung Presiden Joko Widodo.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Direktur IMERI FK UI Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, dalam wawancara dengan Antara di Gedung B FKUI, Salemba, Jakarta Pusat, Jumat.

"Kalau Pak Jokowi kan selalu menyampaikan kemandirian dan ketahanan kesehatan. IMERI perannya di situ. Jadi, kita berupaya mencari apa sih yang diperlukan oleh masyarakat, apakah alat kesehatan atau obat yang bisa diterjemahkan oleh teman-teman IMERI dengan penelitiannya," tutur Budi.

Guru Besar FKUI yang akrab disapa Prof. Iko ini berharap penelitian tersebut nantinya bisa menghasilkan produk unggulan yang bisa dipatenkan.

Baca juga: IMERI UI siap jadi rujukan peneliti medis nasional

Iko mengatakan saat ini pemerintah menanggung beban besar untuk jaminan kesehatan masyarakat umum dan dia yakin IMERI UI bisa menghasilkan solusinya.

"Health coverage sudah melayani hampir 200 juta penduduk tapi defisit sembilan triliun, itu karena belanja obat dan alat kesehatan yang sangat mahal dan kita juga belum mampu mencegah penyakit katastropik. Di sinilah peran IMERI," tutur Iko.

Dia mengatakan salah satu contohnya adalah alat deteksi dini penyakit kardiovaskular yang sudah diterapkan sampai menjadi purwarupa.

Baca juga: Usia harapan hidup masyarakat Indonesia terus meningkat

"Industri ini demand-nya cukup baik, market-nya besar, ini yang menjadi potensi untuk diproduksi," ujarnya.

Sementara itu perwakilan Gabungan Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium, Sugihadi Hadiwinoto, mengatakan pihaknya akan selalu memberikan dukungan kepada pemerintah dalam hal ini BPJS Kesehatan.

"BPJS kita tahu defisitnya dalam angka triliun tapi kan etikanya baik. Jangkauan kesehatan untuk semuanya kan kepentingan bangsa, jadi harus kita dukung," tuturnya.

Baca juga: Akreditasi RS untuk perlindungan kesehatan masyarakat

Seperti yang diberitakan sebelumnya Budi Wiweko ditetapkan sebagai guru besar UI pada usia 46 tahun 10 bulan pada 8 September 2018, yang menjadikannya sebagai guru besar termuda saat dilantik di Indonesia.

Budi merupakan staf pengajar Departemen Obstetri Ginekologi (Obgin) FKUI Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), yang juga menjadi wakil direktur Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI-FKUI).

Visi yang diusung Iko selaras dengan pidato "Visi Indonesia" yang disampaikan Presiden terpilih Indonesia, Joko Widowo pada 14 Juli.

Dalam pidatonya Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi mengatakan bahwa Indonesia telah memasuki lingkungan global yang sangat dinamis, penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas dan penuh kejutan, yang sering jauh dari kalkulasi, sering jauh dari hitungan.

Baca juga: 13 organisasi kesehatan desak pemerintah larang rokok elektronik

Dalam pidatonya, Jokowi menegaskan pembangunan SDM akan menjadi salah satu prioritas pembangunan yang akan menjadi kunci Indonesia ke depan.

"Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia unggul ke depan. Itu harus dijaga betul. Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ," tutur Jokowi.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019