Kendari (ANTARA) - Dalam membangun bangsa yang maju besar dan beradab, agama memiliki peran yang sangat besar dalam mewujudkan hal tersebut.

Pembangunan karakter bangsa merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap negara. Dengan adanya pembentukan karakter bangsa maka akan menjadi modal dasar untuk membangun negara.

Dengan pembangunan karakter bangsa maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani, karena memiliki kepribadian nasional yang kokoh, sehingga bisa berdiri tegak sejajar dengan bangsa-bangsa beradab yang lain di dunia.

Namun besarnya arus gelombang globalisasi menghancurkan sendi-sendi bangsa ini di semua sektor kehidupan, sehingga terjadi kemerosotan moral, budi pekerti, akhlak dan lunturnya karakter.

Oleh karena itu, pentingnya terus dilakukan upaya penguatan karakter bangsa sehingga bisa menumbuhkan kembali rasa cinta tanah air dan tidak mudah dirongrong oleh budaya budaya dari bangsa lain yang bisa merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Salah satu organisasi yang berupaya membuat karakter bangsa agar tetap berdiri teguh adalah Nahdlatul Ulama (NU).

Organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama ini memiliki beberapa tugas diantaranya membangun mental-spiritual, pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat sangat penting agar lahir kader orang-orang atau masyarakat yang memiliki sikap, ketegasan, prinsip serta memiliki tanggung jawab baik terhadap Tuhan dan terhadap sesama manusia dan terhadap bangsa dan Negara.

Baca juga: Wakil Ketua DPR: NU dan pesantren adalah sabuk pengaman bangsa

Peran penguatan
Peran penguatan karakter ala NU dalam membangun karakter umat dan bangsa dapat dilihat dari berbagai lembaga dan ruang yang digunakannya dalam mendidik masyarakatnya.

NU tidak hanya memainkan peran membangun karakter bangsa lewat pendidikan formal saja. NU juga memaksimalkan jalur pendidikan informal baik masjid, mushalla, dan rumah-rumah anggotanya atau simpatisannya.

Ketua Umum Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Sultra, KH Muslim mengatakan Nahdlatul Ulama sebagai salah satu organisasi yang besar di Indonesia akan selalu komitmen dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuaan Republik Indonesia.

Pihaknya komitmen selalu mengajak kepada seluruh elemen bagaimana mencintai NKRI, bagaimana menjadikan NKRI ini sebagai wadah untuk melakukan karya-karya nyata yang bisa mengangkat derajat umat, mengangkat derajat masyarakat.

Meskipun di dalam perjalanan bangsa Indonesia adanya perbedaan-perbedaan pendapat, menurut dia perbedaan pendapat itu adalah sebuah fitrah. Oleh karenanya dengan perbedaan pendapat, ia mengajak untuk selalu menjunjung tinggi NKRI.

Di bangsa ini terdapat beragam suku, agama dan ras, yang di rangkul oleh Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu).

Oleh karena itu ia mengajak dalam melakukan amalan ibadah tentu dengan cara yang berbeda-beda sesuai yang keyakinan masing-masing. Tetapi harus disadari bahwa dalam melaksanakan semua itu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Muslim menyampaikan beberapa program unggulan dalam memberikan penguatan karakter bangsa sejak lahirnya organisasi tersebut yakni bergerak di bidang dakwah, bidang sosial kemudian bidang kemasyarakatan pendidikan.

Kata dia, saat ini pihaknya tengah menggenjot pendidikan berbasis pesantren, dan upaya tersebut saat ini tetap berjalan.

Kemudian pada bidang sosial, pihaknya kerjasama atau bermitra dengan elemen-elemen masyarakat yang lain untuk melihat dan memperdulikan masyarakat masyarakat bawah yang berbentuk dalam sebuah aksi.

Selain itu, NU Sutra telah menandatangani kerjasama bersama pihak Polda Sultra dalam rangka melaksanakan program deradikalisasi atau mencegah paham-paham radikalisme, terorisme dan intoleran.

Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (Sultra) membangun sinergi dalam upaya menangkal paham radikalisme di daerah tersebut.

Baca juga: Mahfud harapkan Madrasah Kader NU berikan pemahaman Islam toleran

Kerjasama yang dibangun itu telah ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kapolda Sultra dan Ketua Umum NU Sultra di Kendari, Senin (1/2/2021) lalu

Kapolda Sultra Irjen Pol Yan Sultra mengatakan tiga point penting dalam kerjasama tersebut yaitu upaya mencegah dan menangkal radikalisme, terorisme, dan intoleran.

Kerjasama nota kesepahaman dalam penanganan masalah masalah radikalisme, terorisme dan intoleransi dilakukan bersama NU karena organisasi tersebut sudah berperan aktif dan merupakan salah satu pendiri negara kesatuan Republik Indonesia.

Ia menyanpaikan, pihaknya selama ini telah melakukan upaya menangkal paham-paham tersebut, namun menurut dia, hal tersebut lebih baik jika dilakukan bersama pihak-pihak terkait lainnya.

Ketua Umum Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Sultra, KH Muslim mengatakan sangat mendukung upaya dalam melindungi negara Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara dari paham paham yang dapat memecah bela bangsa.

Menurutnya, pihaknya juga membutuhkan Polda sebagai motivasi sekaligus untuk menjaga stabilitas keamanan dalam melakukan gerakan-gerakan untuk melaksanakan program deradikalisasi.

Ia menyampaikan beberapa hal yang dilakukan NU Sultra dalam menangkal pahal radikalisme, terorisme, dan intoleran adalah dengan melaksanakan sosialisasi, penyuluhan sebagai langkah dalam deradikalisasi.

Ia menegaskan bahwa NU sangat akrab dengan program deradikalisasi. Bagaimana supaya seluruh umat manusia bisa hidup damai di negara ini.

Pihaknya berkomitmen bersama Polda Sultra mengajak dengan melakukan sosialisasi kepada yang berbeda paham dimana terhadap perbedaan yang ada itu akan diarahkan untuk secara bersama-sama tetap konsisten terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal yang menjadi utama dalam melakukan sosialisasi bersama Polda Sultra adalah mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk tetap komitmen terhadap empat pilar yakni Pancasila yang merupakan ideologi dasar negara Indonesia.

Kedua UUD 1945. Ketiga NKRI yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdiri dari Sabang sampai Merauke.

Keempat Bhineka Tunggal Ika memiliki gambaran yang sesuai dengan Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dari Sabang sampai Merauke. Walaupun terpisah, masyarakat merupakan satu kesatuan, yakni warga negara Indonesia.

Menurutnya, negara Indonesia ini tidak hidup dengan hanya satu golongan karena bangsa ini juga dilahirkan dengan berbagai golongan sehingga itulah pihaknya akan komitmen tetap mengakui yang namanya Bhineka Tunggal Ika.

Penguatan lainnya yang dilakukan NU adalah membangun konsolidasi hingga tingkat kabupaten/kota dan melalui mimbar-mibar dakwah.

Kata dia, jika terdapat rumusan atau paham untuk merongrong kehidupan berbangsa dan bernegara, menurut dia itu adalah perbuatan yang mungkar maka ia mengajak jangan melakukan perongrongan terhadap NKRI.

Namun, tetap komitmen dengan NKRI. Dikatakannya, persoalan amalan amalan ibadah yang berbeda-beda itu adalah sebuh toleransi, karena setiap orang dapat melaksanakan ibadah sesuai keyakinan masing-masing.

Ia menegaskan, pihaknya komitmen toleran dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan juga komitmen bahwa NKRI adalah harga mati.

Menurutnya, jika ada pemikiran-pemikiran yang agak keras dan kencang itu hanya sekedar anomali-anomali untuk melihat kondisi bangsa, yang mungkin mereka melihat ada sesuatu yang tidak terpenuhi hak masyarakat atau hak-haknya sebagai warga negara, atau ada ketidakadilan perlakuan.

Ia menyampaikan, untuk di Sulawesi Tenggara pihaknya belum melihat adanya pemetaan bahwa ada suatu tempat atau suatu daerah yang betul-betul mau mengusung untuk menggantikan dasar negara ini.

Ia menegaskan, walaupun ada gerakan-gerakan yang dilakukan, akan segera terawasi dan akan terdeteksi.

Kalau ada yang berprinsip untuk mengganti dasar negara, lanjutnya, itulah yang akan pasti mendapatkan tantangan karena pendiri negara ini semua sudah komitmen dikatakan final bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila.

Baca juga: Polda Sultra-NU sinergi tangkal paham radikalisme

Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021