Klasifikasi itu bertujuan untuk mengatur agar masyarakat dapat menonton sesuai dengan usianya, karena bikin klasifikasi itu tidak sembarangan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto mendorong masyarakat untuk membudayakan sensor secara mandiri.

"Kami terus mengampanyekan budaya sensor mandiri. Masyarakat dapat memilah tontonan sesuai dengan usia, " ujar dia dalam taklimat media di Jakarta, Rabu.

Dia menjelaskan saat ini masyarakat lebih banyak menonton melalui layanan informatika atau dikenal dengan istilah layanan "over the top" atau OTT.

Banyak konten yang ada di OTT tersebut yang belum disensor.

"Tahun lalu, kami melakukan sensor sebanyak 599 judul film yang tayang di OTT. Akan tetapi ini semua itu baru bersifat pengajuan sukarela atau atas inisiatif sendiri," kata dia.

Baca juga: Ketua DPD RI sarankan LSF daerah dipertahankan

LSF tidak bisa melakukan pengendalian terhadap tayangan yang ada di OTT tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan masyarakat dalam melakukan sensor secara mandiri.

"Tontonlah tayangan yang sesuai dengan klasifikasi umur. Klasifikasi itu bertujuan untuk mengatur agar masyarakat dapat menonton sesuai dengan usianya, karena bikin klasifikasi itu tidak sembarangan," kata dia.

Klasifikasi tersebut menjadi acuan sebelum menonton film. Budaya sensor mandiri tersebut diperlukan di tengah "tsunami" tayangan yang ada.

LSF sendiri terus mengampanyekan budaya sensor tersebut pada generasi muda dengan menggandeng perguruan tinggi dan sekolah.

Baca juga: Menteri PPPA dukung Budaya Sensor Mandiri LSF
Baca juga: LSF ingin budaya sensor mandiri mengakar di masyarakat
Baca juga: LSF luncurkan aplikasi perizinan sensor film secara elektronik

Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021