Indonesia sungguh kaya dengan sumber plasma nutfah padi lokal
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Peneliti yang juga dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember (Unej) Mohammad Ubaidillah mengembangkan varietas padi baru berbasis plasma nutfah padi lokal karena padi menjadi salah satu tanaman penting bagi Indonesia.

Mayoritas warga Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok dan dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia maka kebutuhan beras juga makin meningkat, namun di sisi lain lahan pertanian makin menyusut.

"Untuk memenuhi kebutuhan beras itu maka berbagai cara ditempuh guna meningkatkan produksi padi nasional, salah satunya mengembangkan padi varietas baru berbasis plasma nutfah padi lokal," katanya saat ditemui di laboratorium Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.

Menurutnya pemilihan plasma nutfah padi lokal sebagai basis pengembangan varietas padi baru karena beberapa faktor keunggulan di antaranya plasma nutfah padi lokal sudah terbukti mampu berkembang dan bertahan di kondisi alam Indonesia.

"Plasma nutfah padi lokal yang kita miliki ini adalah jenis padi lokal yang hidup di berbagai daerah di Indonesia yang sudah mengalami evolusi secara alami tanpa campur tangan manusia dan terbukti mampu tumbuh berkembang di alam Indonesia," tuturnya.

Baca juga: Uji coba varietas padi Tri Sakti hasilkan 12 ton per hektare
Baca juga: Panen padi perdana varietas Cakrabuana di Aceh Barat 11 ton per ha


Saat ini Ubaidillah memiliki kurang lebih 100 plasma nutfah padi lokal dan 20 plasma nutfah padi dari Jepang, Korea Selatan dan China yang tersimpan di laboratorium Program Studi Agroteknologi dan laboratorium CDAST Unej.

Koleksi plasma nutfah padi lokal tersebut di antaranya padi varietas Bondowoso-1, Bulu Hideung, Ketan Keuyup, Merah Wangi, Kewah Gudril dan lainnya, sedangkan plasma nutfah padi non-lokal yang menjadi koleksinya diantaranya Nippon Barre dari Jepang.

"Indonesia sungguh kaya dengan sumber plasma nutfah padi lokal yang setiap jenisnya memiliki keunggulan tersendiri, bahkan ada jenis padi yang tidak disukai oleh hama seperti binatang karena kulit luarnya membuat gatal bagi tikus dan burung yang memakannya," katanya.

Ia mengatakan kini tidak banyak lagi petani yang menanam padi lokal karena biasanya umur tanamnya lama dan produktivitasnya rendah, sehingga berbeda dengan padi hibrida seperti jenis IR-64 yang dalam jangka waktu 125 hari sudah dipanen, hasil panen juga lebih banyak dibandingkan padi lokal.

"Namun perlu diingat, padi hibrida seperti padi IR-64 juga memiliki kekurangan karena bukan plasma nutfah lokal maka rentan dengan gangguan hama dan tidak selalu cocok ditanam di semua wilayah di Indonesia, sehingga beda dengan padi lokal yang memang sudah terbukti cocok dengan lingkungan dan iklim setempat," ujarnya.

Baca juga: Atasi stunting, Kementan perluas tanam padi Inpari Nutri Zinc
Baca juga: Kementan loloskan 15 calon varietas padi sawah berprotein tinggi


Dosen asal Probolinggo itu tengah menjajaki riset mengembangkan varietas padi baru berbasis plasma nutfah padi lokal, khususnya riset padi berwarna dan tengah berusaha menyilangkan padi lokal jenis Hitam dari Jawa Timur dengan padi lokal jenis Cupu Slamet dari Jawa Tengah.

"Padi berwarna yang menghasilkan beras merah atau beras hitam punya keunggulan memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih, sehingga baik bagi kesehatan dan cocok bagi penderita diabetes," katanya.

Menurutnya padi lokal seperti jenis Hitam dan Cupu Slamet umumnya memiliki ukuran yang tinggi namun anakannya sedikit, oleh karena itu perlu pemuliaan dengan tujuan memilih sifat yang baik dari tiap jenis padi lokal dan menyilangkannya dengan tujuan menghasilkan varietas padi lokal baru yang lebih unggul, serta tentu untuk melestarikan keberadaan plasma nutfah padi lokal.

"Negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang pangan pokoknya nasi sangat produktif menghasilkan varietas padi baru berbasis plasma nutfah padi lokal setempat dan setiap tahun bisa puluhan varietas baru yang berhasil diciptakan," tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia yang memiliki banyak plasma nutfah padi lokal seharusnya juga harus bisa menciptakan varietas padi baru.

Baca juga: Padi Siporang Tapsel jadi varietas unggul nasional
Baca juga: BATAN perbaiki kualitas varietas lokal perkuat kepemilikan lokal

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021