potensi senyawa aktif dari bahan alam lainnya
Jakarta (ANTARA) - Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan COVID-19 (TFRIC-19) memanfaatkan kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) untuk menemukan senyawa berpotensi yang penting untuk kandidat obat bagi penanganan COVID-19 dan obat penyakit lainnya.

"Dengan menggunakan machine learning yang dibuat, akan diperoleh data senyawa yang berpotensi menghambat COVID-19," kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Kamis.

Saat ini, BPPT sudah mempunyai database tanaman obat Indonesia untuk sekitar 2.600 tanaman. Data yang ada berupa nama tanaman, gambar, lokasi asal dan manfaat empirik.

Hammam menuturkan dari data tersebut dilakukan penelusuran kandungan senyawa (data fitokimia) dari berbagai referensi. Selanjutnya terhadap data senyawa tersebut dilakukan tahapan seleksi dan studi in silico (docking) terhadap protein tertentu dari COVID-19.

Dia mengatakan tahap awal docking dilakukan pada sekitar 25.000 senyawa. Melalui penggunaan machine learning yang diciptakan, akan diperoleh data senyawa yang berpotensi menghambat COVID-19.

Untuk pembuatan machine learning dibuat himpunan data (dataset) dari senyawa-senyawa yang positif sebagai anti COVID-19 yang sudah dikenal. Data tersebut sebagai data latih untuk pembuatan machine learning prediksi senyawa anti COVID-19.

Baca juga: BPPT siapkan perangkat tes antigen dan antibodi

Baca juga: BPOM: Data uji klinik Ivermectin untuk obat COVID-19 belum tersedia


"Terhadap dataset dari senyawa tanaman taman nasional akan kita inputkan di machine learning yang dibuat, sehingga kita akan mendapatkan mana tanaman yang berpotensi sebagai anti COVID-19. Dan ini akan kita konfirmasi dengan uji assay secara in vitro dan analisis secara kimia," tutur Hammam.

Dengan semakin banyaknya dataset yang dimasukkan, maka data latih semakin banyak sehingga semakin bagus machine learning.

"Kita juga akan dapat memprediksi potensi senyawa aktif dari bahan alam lainnya, seperti biota laut, mikroba dan sebagainya," ujarnya.

BPPT memiliki koleksi mikroba asli Indonesia sekitar 25.000 isolat mikroba. Dengan memanfaatkan teknologi AI, diharapkan efisiensi proses identifikasi mikroba dan penemuan senyawa kandidat obat dari mikroba dapat ditingkatkan sehingga senyawa kandidat obat bisa ditemukan dengan lebih cepat.

Selain itu, database morfologi mikroba dan senyawa yang diproduksi oleh mikroba akan dibangun sebagai dataset untuk sistem identifikasi mikroba dan senyawa mikroba berbasis AI.

Dengan anggota yang berasal dari delapan institusi penelitian dan pengembangan pemerintah, 18 perguruan tinggi, empat industri nasional, enam startup, tiga rumah sakit, dan 15 komunitas, TFRIC-19 yang dibentuk atas inisiasi BPPT telah menghasilkan berbagai produk inovasi alat kesehatan yang telah digunakan dalam mendukung penanganan pandemi COVID-19 di Tanah Air pada 2020, dan melanjutkan kegiatan untuk menghasilkan produk inovasi dan riset untuk penanganan COVID-19 pada 2021.

Baca juga: SAS Institute: Pemerintah waspadai mafia obat di tengah COVID-19

Baca juga: Erick Thohir sebut obat Covid-19 dari Indofarma peroleh izin BPOM

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021