Jakarta (ANTARA) – PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) optimistis menghadapi pasar asuransi dan reasuransi pada 2022 kendati masih dihadapkan pada ketidakpastian akibat dampak pandemi Covid-19 yang masih terasa.

Presiden Direktur Tugure Adi Pramana memperkirakan pasar asuransi dan reasuransi pada 2022 masih akan sama dengan tahun ini yakni dihadapkan pada ketidakpastian. 

Namun, dia mengatakan pihaknya tetap optimistis menghadapinya dengan sejumlah variasi kebijakan.

"Tapi tahun ini, saat bisnis sedang lesu, masih melambat, kurvanya mendatar. Kalau tahun ini mencapai bagian bawah kurva, tahun depan akan fantastis karena pertumbuhan akan jauh lebih kuat,” jelas Adi dalam wawancaranya dengan Asia Insurance Review yang dilansir untuk edisi Oktober 2021.

Adi mengatakan, Tugure juga akan tetap berhati-hati untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi seperti tahun sebelumnya.

"Tahun lalu kami mengalami pandemi dan bisnis melambat dengan pendapatan kami sedikit berkurang," jelasnya.

Pada 2020, Tugure juga dihadapkan pada sejumlah klaim yang signifikan dari banjir Jakarta pada bulan Januari dan Februari. Di samping itu, Tugure pun memiliki beberapa klaim asuransi kesehatan yang serius, terutama yang berkaitan dengan Covid-19.

Di tengah kondisi tersebut, Adi mengatakan, pihaknya cenderung untuk merefleksikan portofolio-manajemen portofolio dan kebijakan penjaminan emisi. Langkah itu, jelas dia, dilakukan untuk memudahkan Tugure menghadapi risiko yang terjadi.

“Kami telah meninjau kebijakan penjaminan emisi kami pada tahun 2019 sehingga ini adalah kedua kalinya kami meninjaunya dan kami mengambil kesempatan untuk menyeimbangkan kembali portofolio.”

“Kami juga menjadi lebih matang dalam menghadapi risiko tahun ini,” tambah Adi.

Kekuatan Reasuransi Lokal

Berlakunya kebijakan integrasi ekonomi dalam kerangka masyarakat ekonomi Asean membuka peluang sekaligus meningkatkan persaingan di antara pelaku reasuransi lokal dana sing.

"Dalam kawasan perdagangan bebas Asean, kami akan lebih terbuka kepada tetangga kami," kata Adi.

Namun, Adi mengingatkan bahwa defisit transaksi berjalan juga harus menjadi perhatian, terlebih di tengah pandemi. Oleh karena itu, pengoptimalan pasar dalam negeri perlu menjadi pilihan.

“Setiap negara perlu memanfaatkan apa yang mereka miliki terlebih dahulu dan kemudian berbicara dengan negara lain. Menemukan keseimbangan yang sempurna cukup sulit dan inilah yang pemerintah coba lakukan.”

Dalam jangka panjang, Adi cukup yakin akan ada perubahan signifikan dalam dinamika antara reasuradur dalam dan luar negeri. “Tetapi dalam jangka pendek saya tidak memperkirakan akan ada perubahan signifikan,” katanya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2021