Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah resmi meluncurkan pil KB progestin yang aman bagi ibu menyusui guna mendukung pemberian ASI eksklusif dan mencegah terjadinya kekerdilan (stunting) pada anak.

“Dalam pil isinya hanya progesteron. In syaa Allah   tidak menghambat air susu, jadi begitu ibu selesai nifasnya, maka bisa konsumsi pil ini. justru air susunya akan jauh lebih baik,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam “Peluncuran Pil KB Bagi Ibu Menyusui Dalam Mendukung ASI Eksklusif Guna Mencegah Stunting” yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Dalam acara yang dilaksanakan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada Rabu (19/1) itu, Hasto menuturkan bahwa dengan menyusui, Ibu dapat menghasilkan ASI dalam jumlah yang banyak sehingga pemberian nutrisi pada bayi berjalan dengan optimal.

Baca juga: BKKBN: Dana BOKB 2021 belum digunakan dengan optimal

Hal itu disebabkan karena pada saat menyusui, bayi melakukan sebuah injeksi atau penyedotan air susu dari puting pada payudara ibu secara langsung. Proses injeksi itu, kemudian membuat otak bekerja dan menghasilkan dua hormon yakni prolaktin dan oksitosin.

Menurutnya, hormon prolaktin membantu ibu menghasilkan air susu dalam jumlah yang banyak, sedangkan oksitosin akan memperlancar keluarnya ASI yang sudah diproduksi oleh ibu sebelumnya.

“Kalau menyusui, itu memang bermanfaat besar. Karena dengan menyusui, kita itu otomatis juga ber-KB secara alami,” ucap Hasto.

Selain bermanfaat bagi ibu sendiri, rupanya dengan menyusui dapat melindungi bayi memiliki bakat stunting dan kaya akan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi, khususnya dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Hasto menegaskan, apabila ibu tidak rajin memberikan susu, maka kedua hormon tersebut tak dapat terbentuk. Akibatnya, bayi akan kekurangan gizi karena air susu ibu yang ikut berhenti diproduksi.

Dengan demikian, dia menyarankan para ibu untuk rajin memberikan ASI pada bayi minimal tiga jam sekali. Karena selama waktu tersebut, perut bayi sudah kosong dan menjaga produksi ASI tetap dalam kondisi baik.

Ia turut menyarankan pada saat menyusui, ada baiknya ibu secara bergantian menyusui melalui payudara yang berbeda supaya air susu pada kedua buah payudara menjadi seimbang.

“Misalnya, menyusui dengan payudara kanan sebentar saja. Bayi itu lapar tiga sampai empat menit, kemudian langsung pindahkan ke sebelahnya sekitar lima sampai enam menit. Lebih lama sedikit, bayinya sudah tidak begitu lapar sehingga imbang,” kata dia.

Dalam acara itu, dia turut meminta bantuan pada Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), tim pendamping keluarga dan juga para Duta Generasi Berencana (Genre) supaya dapat memberikan pendampingan dan edukasi mengenai teknis menyusui yang benar pada ibu.

Hasto berharap melalui rajinnya ibu yang menyusui, tidak akan ada lagi anak yang terlahir menjadi stunting. Sehingga penerus bangsa dapat tumbuh tinggi dan cerdas dengan optimal tanpa rentan terkena penyakit.

“Stunting adalah anak yang terlantar. Harusnya dia berbakat jadi tinggi dan cerdas. Tapi akibat orang tuanya, lingkungannya sampai BKKBN kurang mengurus dia, maka akhirnya dia menjadi dirugikan,” tegas Hasto.

Baca juga: BKKBN: Angka prevalensi kekerdilan Kalbar lebihi capaian nasional

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022