Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 220 anak autis dari negara ASEAN berpartisipasi dalam ASEAN Austism Games (AAG) ke-4 di Jakarta yang berlangsung pada 20-21 Oktober 2018 di GOR Sumantri, Jakarta.

"Ada dua cabang olah raga yang digelar pada AAG, yakni, renang 50 dan 100 meter, serta lari 50 dan 100 meter untuk dua kategori peserta, yaitu, usia 11-15 tahun dan  di atas 16 tahun," jelas Wakil Ketua Yayasan Autisma Indonesia, Dr. Adriana S. Ginanjar kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

Selain dua olahraga tersebut, para peserta juga dapat ikut dalam permainan tradisional dan permainan dodgebee yang dapat meningkatkan aktivitas interaksi para peserta, melatih motorik, namun aman dimainkan karena menggunakan cakram ringan dan lembut yang terbuat dari busa tapi dapat dilempar ke udara dan ditangkap.

Dia menambahkan bahwa selama mengikuti kegiatan tersebut, para peserta AAG yang merupakan anak-anak berkebutuhan khusus akan didampingi oleh orangtua atau anggota keluarga mereka lainnya.

"Tidak semua anak-anak ini menyelesaikan pertandingan yang mereka ikuti. Tapi ini memang bukan tujuan utama dari AAG," kata Adriana, seraya menambahkan bahwa AAG adalah ajang untuk mengembangkan kemampuan para peserta serta membangun kesadaran keluarga dan masyarakat akan keberadaan anak-anak dengan autisme.

Sementara itu, Dong Uy Koe dari Dewan Eksekutif ASEAN Autism Network (AAN) mengatakan sudah saatnya anak-anak dengan autisme ditampilkan dalam berbagai kegiatan di tengah masyarakat.

"Para orangtua, profesional, akademisi, praktisi sudah sering terlibat dalam berbagai kegiatan kongres, seminar yang membahas autisme. Kini, saatnya kita tampilkan anak-anak dengan autisme agar masyarakat menyadari kehadiran mereka dan menjadikan anak-anak ini bagian dari masyarakat," kata Dong.

Dia menegaskan bahwa meskipun tidak semua  peserta AAG menyelesaikan kegiatan yang diikuti, tidak satupun dari mereka yang akan ditinggalkan.

"Mereka akan bersama dengan keluarga mereka. Dan keluarga adalah yang utama," katanya.

Autisme merupakan kelainan perkembangan pada anak sehingga mereka sulit berkomunikasi dengan orang sekitarnya. Kondisi autisme berbeda pada setiap orang, namun dengan terapi khusus dan perhatian, terutama dari keluarga, anak-anak autisme dapat tumbuh dengan baik, bahkan banyak dari mereka yang dapat lulus dari perguruan tinggi di berbagai program pendidikan dengan hasil yang memuaskan.

Penyelenggaraan AAG 2018 merupakan kerja sama Yayasan Autisma Indonesia (YAI), Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, London School Center for Autism Awareness (LSCAA), Asia Pacific Development Center of Disability (APCD), Pemerintah Jepang dan Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia Thailand.

AAG 2018 juga didukung oleh Sekretariat ASEAN, ASEAN Autism Mapping, ASEAN Autism Network, dan Japan-ASEAN Integration Fund.

Pada AAG ke-4 ini wakil Indonesia sebanyak 179 peserta, Filiphina 6 peserta, Myanmar 13 peserta, Vietnam 3 peserta, Singapura 5 peserta, Malaysia 9 peserta, Laos 1 peserta dan Thailand 1 peserta.

Sebelumnya, AAG telah digelar di Filipina, Vietnam dan Myanmar.

Baca juga: Asean luncurkan proyek pemetaan autisme di kawasan
 Baca juga: Metode Sensasi, cara bangun komunikasi dengan anak berkebutuhan khusus

 

Pewarta: Libertina W. Ambari
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018