Jakarta (ANTARA) - Hidronefrosis berarti pembengkakan (dilatasi) saluran kemih bagian atas. Kata hydro berarti air dan nephro bermakna ginjal. Singkatnya, hidronefrosis adalah kondisi ginjal bengkak karena air seni (urine) menumpuk. Hal itu terjadi saat air kencing dari ginjal tak dapat mengalir menuju kandung kemih karena sumbatan.

Sebenarnya hidronefrosis bukan penyakit, melainkan terminologi deskriptif yang digunakan untuk mengidentifikasi bagian ginjal yang berdilatasi akibat penyakit lain.

Sebenarnya hidronefrosis lebih inklusif daripada dilatasi pelvis ginjal. Maksudnya, untuk menjelaskan perubahan dilatasi panggul dan atrofi parenkim ginjal disertai obstruksi urine.

Hidronefrosis dapat melibatkan satu atau kedua ginjal. Normalnya, urine mengalir keluar dari ginjal dengan tekanan rendah. Jika pola aliran ini terganggu oleh pelebaran ginjal yang meningkatkan tekanan struktur internal sistem pengumpul urine sentral, maka kerusakan dapat muncul karena hilangnya fungsi.

Istilah hydronephrosis pertama kali muncul tahun 1841 di dalam karya Rayer berjudul Traite des Maladies des Reins. Di tahun 1857, Boogard merumuskan berbagai faktor spesifik yang menghasilkan kerutan hidronefrosis ureter di sekitar pembuluh yang mengalami kelainan.

Pada awal tahun 1886, Trendelenberg telah mengembangkan teknik operasi plastik. Kesuksesan operasi plastik terjadi di 1891, saat Kuster berhasil melakukan reimplantasi ureter ke panggul sebagai drainase "sachniere".

Di tahun 1894, monograf Fenger merupakan dokumen pertama yang menjelaskan tentang manajemen pembedahan untuk mengatasi formasi katup dan penyempitan ureter. Di tahun 1930, publikasi kasus Eisendrath menunjukkan bahwa arteri utama menginisiasi obstruksi pelvis.


Fisiologis

Ginjal janin mulai mengeluarkan urine sejak usia kehamilan 10 minggu. Pada tahap ini, sistem drainase dan ginjal masih berkembang. Memasuki 20 minggu, seluruh sistem drainase, termasuk duktus kolektivus, kaliks, panggul, dan ureter telah terbentuk sempurna.

Pembentukan ginjal berlanjut hingga 36 minggu, lalu mengalami pematangan dan pertumbuhan di sepanjang masa kanak-kanak. Hidronefrosis terjadi sebagai akibat interaksi antara aliran urin dan kelenturan sistem drainase.

Hal ini terjadi secara fisiologis (disebabkan oleh tingginya aliran urine), karena obstruksi (sumbatan) aliran urine, atau karena aliran balik urine ke ginjal dari kandung kemih (refluks) yang menyebabkan pelvis renal bengkak.

Saluran kemih berfungsi untuk membuang "sampah" cairan dari dalam tubuh. Sistem perkemihan terdiri dari: ginjal, ureter, kantung kencing, dan uretra. Urine terkumpul ketika ginjal memfilter darah dan membuang sisa produksinya. Urine mengalir ke bagian ginjal yang disebut pelvis renal.

Dari sini, urine melewati ureter menuju kandung kemih. Kandung kemih perlahan terisi urine, yang bermuara dari tubuh melalui uretra.

Hidronefrosis akut atau kronis, baik unilateral maupun bilateral, dapat menyebabkan hipertensi sekunder akibat gangguan ekskresi natrium dengan perluasan volume cairan ekstraseluler atau dari pelepasan renin yang abnormal. Terkadang, pasien dengan obstruksi saluran kemih parsial, poliuria, dan penurunan volume cenderung menderita hipotensi.


Epidemiologi

Hidronefrosis dapat dijumpai pada 2 persen kehamilan. Pria lebih sering terkena hidronefrosis daripada wanita. Hidronefrosis tidak selalu kongenital (bersifat bawaan dari lahir), boleh jadi berkembang akibat dari cedera atau penyakit.

Hidronefrosis bisa dengan atau tanpa gejala. Gejala utamanya rasa sakit, baik di samping dan belakang (nyeri panggul), nyeri pinggang, nyeri perut bawah (sistem perkemihan), atau selangkangan.

Gejala-gejala lainnya termasuk nyeri saat kencing, problematika buang air kecil (meningkatnya keinginan atau frekuensi, sensasi terbakar saat berkemih, kencing tidak tuntas, inkontinensia, ada darah dalam urin atau hematuria), mual dan muntah. Demam yang menyertai saluran kemih atau infeksi ginjal jarang terjadi. Gejala-gejala ini tergantung penyebab dan keparahan penyumbatan urin.

Secara fisiologis, hidronefrosis sukar dikenali. Terlebih lagi pada bayi dan anak kecil, sangat sulit dideteksi.

Hidronefrosis disebabkan oleh multifaktor. Contohnya, batu ginjal, sumbatan bawaan (cacat saat lahir), gumpalan darah, jaringan parut (akibat operasi atau cedera), tumor atau kanker (misalnya: kanker serviks, kanker kandung kemih, kanker kolon atau usus besar, kanker prostat), prostat membesar, ibu yang sedang mengandung janin, penyakit atau radang atau infeksi di saluran perkemihan.

Secara anatomis, penyebab hidronefrosis adalah obstruksi atau sumbatan di UPJ ginjal atau ureteropelvic junction dan UVJ ginjal atau ureterovesical junction. Sumbatan UPJ berarti ada hambatan sebagian atau total di tempat di mana organ yang memproduksi urine (ginjal) dan saluran yang membawa urin menuju kandung kemih (ureter) bergabung. Adapun UVJ berlokasi di mana ureter bertemu kandung kemih.

Bagian saluran kemih ada yang menyempit atau berkerut. Hal ini terjadi pada titik di mana ureter terhubung ke ginjal, yang disebut 'persimpangan ureteropelvik'. Urin menumpuk di sistem pengumpul dan melebarkan pelvis ginjal. Bagian saluran kemih menyempit atau berkerut.

Hal ini terjadi pada titik di mana ureter terhubung ke kandung kemih, yang disebut "persimpangan ureterovesikal". Urin menumpuk di ureter dan sistem pengumpul. Ureter melebar. Kondisi dilatasi ureter ini disebut megaureter.

Penyebab lain hidronefrosis adalah refluks vesikoureter. Air seni mengalir ke belakang, dari kandung kemih kembali ke ureter dan terkadang menuju ginjal. Ureter dapat melebar.

Penyebab hidronefrosis yang kurang umum adalah ureterokel (pelebaran kistik bagian distal ureter), katup uretra posterior, dan batu ginjal. Pada bayi, kondisi tersebut ditunjukkan melalui USG.


Diagnosis

Ultrasonografi ginjal (renal ultrasonography) digunakan untuk penegakan diagnosis. Prosedur ini menggunakan gelombang suara untuk visualisasi ginjal. Dokter juga dapat mengkonfirmasi diagnosis hidronefrosis menggunakan foto rontgen, pemindaian dengan tomografi terkomputerisasi (CT) dan pencitraan resonansi magnetis (MRI).

Diagnosis dilakukan pula dengan cystoscopy, menggunakan tabung panjang dengan cahaya dan kamera di ujungnya (cytoscope) yang memungkinkan dokter untuk mengobservasi uretra dan kandung kencing.

Tes darah dan urine, seperti: kreatinin, blood urea-nitrogen (BUN), dan karbondioksida (CO2), dapat direkomendasikan sesuai indikasi. Dokter dapat memeriksa darah dalam urine, untuk menemukan penyebab berupa batu ginjal, batu empedu, infeksi, atau faktor lainnya.

Tatalaksana hidronefrosis dengan mengatasi penyakit atau mencari penyebab yang mendasarinya, seperti batu ginjal atau infeksi. Sebagian hidronefrosis tidak perlu operasi. Infeksi diatasi dengan antibiotik. Untuk batu saluran kemih, dapat keluar otomatis, atau bila parah barulah dioperasi.

Bila terjadi penyumbatan yang parah, maka kelebihan urin diatasi dengan kateterisasi atau prosedur nefrostomi untuk mengalirkan urin dari ginjal. Tatalaksana hidronefrosis haruslah dilakukan secepat mungkin untuk menghindari kerusakan permanen pada ginjal.

Bila telah kronis dan parah, hidronefrosis berpotensi mengakibatkan gagal ginjal. Bila terjadi gagal ginjal, dokter merekomendasikan dialisis atau transplantasi ginjal.

Pertimbangan dilakukan operasi amat kompleks. Indikasi operasi antara lain dilatasi persisten (hasil USG), hilangnya fungsi ginjal, obstruksi parah (pemindaian nuklir).

Untuk bayi dan anak-anak, prosedurnya menggunakan pieloplasti terbuka, dengan tingkat keberhasilan mencapai 90 persen. Untuk orang dewasa, dilakukan pieloplasti endoskopi melalui kandung kemih atau ginjal, dengan tingkat keberhasilan 70-80 persen.*

*) dr Dito Anurogo MSc adalah dokter literasi digital, dosen tetap Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar, penulis puluhan buku, penggiat literasi Forum Lingkar Pena Makassar Sulawesi Selatan, pengurus LP3I ADPERTISI, pengurus IMA Chapter Makassar


Baca juga: Tes urine bisa deteksi potensi gagal ginjal

 

Copyright © ANTARA 2019