perlu perhatian penuh pada asupan gizi, terutama protein, mulai dari ibu hamil hingga anak usia dua tahun
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Daeng M Faqih mengatakan perlu kebijakan yang luar biasa untuk menurunkan angka stunting atau kekerdilan pada anak hingga sesuai standar maksimal yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20 persen.

“Untuk turunkan ke angka 20 persen harus ada terobosan baru kebijakan bidang kesehatan, tidak bisa yang biasa-biasa. Upaya menurunkan stunting tidak main-main, harus kebijakan luar biasa kalau mau tekan 20 persen,” kata Daeng di kantor IDI Jakarta, Senin.

Menurut Daeng, ada dua hal besar yang harus mendapatkan perhatian karena sangat berpengaruh pada kasus stunting.

Yang pertama adalah perhatian penuh pada asupan gizi, terutama protein, mulai dari ibu hamil hingga anak sampai usia dua tahun. Selain itu, ibu hamil juga tidak boleh terkena penyakit infeksi yang bisa mengganggu pola asupan gizi.

“Ibu hamil tidak boleh kena sakit infeksi, karena berpengaruh pada pola asupan, pola makan,” kata Daeng.

Dia menekankan bahwa upaya penurunan angka stunting harus dilakukan oleh semua pihak mulai dari dokter, perawat, bidan, fasilitas kesehatan dan lainnya yang dikomandoi oleh pemerintah.

Peran kementerian-lembaga di luar bidang kesehatan juga mutlak diperlukan untuk mendukung program seperti dari ketersediaan air bersih, sanitasi, dan kesehatan lingkungan.

Daeng meyakini Indonesia bisa menurunkan angka stunting sesuai yang standar WHO yakni maksimal prevalensinya 20 persen atau kurang lebih 10 persen lebih rendah dari kasus kekerdilan di Indonesia sekarang ini sebesar 30,8 persen.

Dia mengatakan bahwa Indonesia sudah berhasil menurunkan angka stunting dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 persen pada 2018.



Baca juga: Menteri Kesehatan targetkan penurunan "stunting" berstandar WHO
Baca juga: Ahli: perkembangan otak anak stunting tidak bisa pulih
 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019