Bogor (ANTARA) - Ketua Pusat Studi Bencana (PSB) Institut Pertanian Bogor Dr Yonvitner mengatakan aktivitas pembangunan harus mempertimbangkan daya dukung lahan untuk mencegah terjadinya bencana alam seperti banjir dan lainnya.

"Pengembangan aktivitas pembangunan harus memperhatikan daya dukung lahan menjadi hal penting yang harus dilakukan ke depan untuk mengantisipasi bencana," kata Yonvitner kepada Antara di Bogor, Kamis.

Yon sapaan akrab Yonvitner mengatakan banjir bandang yang terjadi di beberapa tempat akhir-akhir ini selain karena curah hujan, juga disebabkan menurunnya daya dukung kawasan.

Menurut Yon, pembukaan lahan menjadi isu utama sebagai penyebab banjir bandang baik yang terjadi di Sentani, Bungkulu maupun di Konawe.

"Selain itu juga adanya aktivitas pertambangan seperti di Konawe," katanya.

Upaya mitigasi lainnya lanjut Yon, yakni, kegiatan pertanian ke depan harus menyertakan risiko baik dalam tata ruang maupun zonasi.

Dan ketiga yakni peran kawasan lindung harus benar sebagai fungsi pengendali air, penjaga tata air, pengatur migrasi biota dan satwa serta pengendali biodivesitas.

"Perlu dilakukan pemetaan daerah rawan dan berisiko kemudian melakukan adaptasi dengan penguatan kapasitas masyarakat," katanya.

Yon menambahkan masyarakat harus sadar bila wilayahnya berpotensi bencana dan kemudian memiliki informasi evakuasi jika terjadi bencana.

"Untuk banjir bandang di Konawe yang perlu diperhatikan tata guna lahan, rehabilitasi lahan yang terbuka dan kritis," kata Yon.

Sebanyak 18.408 orang warga Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, yang tersebar di 126 desa dan delapan kelurahan di 18 kecamatan mengungsi akibat banjir yang terjadi di wilayah tersebut sejak setengah bulan lebih.

Hingga kini pemerintah daerah setempat memperpanjang masa tanggap darurat banjir dan tanah longsor yang melanda Konawe hingga 25 Juni mendatang.

Hal ini dilakukan mengingat masih ada daerah yang tergenang air bahkan ada dua kecamatan di daerah tersebut yang masih terisolasi.

Baca juga: Pemerintah perlu bangun pusat studi bencana di Sulteng

Baca juga: 2.230 bibit pohon ditanam di Pandeglang sebagai benteng alam

 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019