Wakil Ketua Sumberdaya Ekonomi Kadin Maluku, John Pattisahusiwa, menyatakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Tulehu, Pulau Ambon, strategis untuk pengembangan investasi. "Kami diinformasikan PT.PLN (Persero) wilayah Maluku dan Maluku Utara bahwa potensi panas buminya diperkirakan mencapai 40 MW. Jadi pembangunan ini strategis dalam mendukung pengembangan investasi di pulau Ambon, kepulauan Lease dan pulau Seram," katanya, di Ambon, Rabu. Ia menjelaskan, PLTP Tulehu yang akan beroperasi awal 2014 mempunyai kapasitas 2x10 Mega Watt (MW), dan bila digabungkan dengan kapasitas dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Waai, juga di Pulau Ambon, yang dijadwalkan beroperasi mulai Ferbuari 2012, maka ketersediaan energi listrik semakin terjamin untuk mendongkrak iklim investasi. "Jujur saja, kendala investasi di Maluku salah satunya adalah ketersediaan energi listrik. Ini membuat pengusaha masih enggan menanamkan modalnya di sini," ujarnya. Apalagi, lanjutnya, mesin PLTD di Ambon dan sejumlah kabupaten/kota di Maluku sudah berusia di atas 25 tahun dan sering rusak, sehingga PLN terpaksa memakaiĀ  kebijakan pemadaman bergilir. Untuk lebih menjamin ketersediaan listrik, Kadin Maluku berharap PT. PLN (Persro) juga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan memanfaatkan potensi Wai Isal di Seram Utara (Maluku Tengah), yang berdasarkan penelitian dapat dikelola hingga menghasilkan kapasitas listrik 60 MW. Sebelumnya, Dirut PT PLN (Persero), Dahlan Iskan, mengatakan proyek pembangkit panas bumi di Ambon sudah mengalami proses penundaan cukup lama sejak 1995. Karena itu, PLN melalui anak perusahaan PLN Geothermal segera memulai proses pemboran sumur eksplorasi PLTP Tulehu, meski harus menggunakan dana kas perusahaan. "Melalui pemboran sedalam 1.500 meter ini diharapkan dapat diketahui secara pasti energi panas bumi yang dihasilkan dari PLTP Tulehu," katanya. Menurut perkiraan sementara, energi panas bumi yang bisa dibangkitkan mencapai 20 MW. Angka ini setara dengan 50 persen dari total kebutuhan listrik di wilayah Maluku. Separuh lagi direncanakan mampu dipenuhi oleh pembangkit tenaga uap, yang juga sedang dibangun di Ambon. Jika PLTP dan PLTU sudah beroperasi pada 2014, PLTD di Maluku yang berbiaya besar bisa dihapus. "Untuk mengoperasikan pembangkit disel,PLN Maluku harus rela mengalami kerugian puluhan miliar rupiah tiap bulan," kata Dahlan. Hal itu, katanya, dikarenakan biaya pembangkit disel rata-rata mencapai Rp2.500 per kWh, sedangkan harga jual listrik PLN hanya Rp600 per kWh.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010