Para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Ternate, Maluku Utara (Malut) tetap mengembangkan produknya di masa pandemi COVID-19 karena adanya dukungan dari berbagai perbankan dan pemda setempat.

"Dalam masa pandemi COVID-19, tentunya banyak pelaku UKM sulit memasarkan produknya, tetapi adanya dukungan perbankan dan pemda, maka usaha UKM tetap mendapat pasar," kata Direktur Taranoate Ternate, Burhanudin Rope kepada ANTARA, di Tenate, Senin.

Taranoate merupakan satu-satunya swalayan di Malut yang memasarkan produk lokal dan ole-ole khas Malut. 

Menurut Burhanudin, dalam masa pandemi COVID -19 ,  memang banyak UKM yang sulit memasarkan produknya, tetapi dengan bantuan dari perbankan melalui Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malut yang membeli ratusan produk UMKM sebagai kebutuhan untuk disalurkan ke warga menjalani isolasi mandiri (isoman) COVID-19.

"Mereka membeli sebanyak 200 paket UMKM yang berada di swalayan Taranoate, bahkan Pemkot Ternate dalam waktu dekat akan memberi peluang bagi UKM untuk tetap eksis dengan membeli produk milik UMKM setempat," ujarnya.

Dia  mengakui, pihaknya mendapatkan dukungan dari Pemkot Ternate , misalnya dengan adanya penempatan 16 karyawan Taranoate merupakan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan upahnya berasal dari Disperindag Kota Ternate untuk membantu memasarkan dan mempromosikan produk UKM, sehingga membantu biaya operasional swalayan Taranoate.

Dia menjelaskan, manajemen Taranoate tetap menyediakan dana insentif Rp350 ribu per bulan bagi karyawan yang berstatus PTT, tetapi saat ini mereka hanya mendapatkan Rp150 ribu per bulan di masa pandemi COVID-19 karena omzet yang diperoleh tentunya menurun.

"Memang, sebelum COVID-19 omzet yang diperoleh Rp200 juta per bulan, tetapi saat pandemi COVID-19, omzet menurut hingga Rp25 juta per bulan, belum lagi ada barang-barang kadaluarsa dan merugi sekitar Rp4 juta," ujarnya.

Kendati demikian, dirinya mengakui dalam masa pandemi COVID-19 daya beli masyarakat anjlok, apalagi dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan sejak 3 Juli 2021 dan adanya pengetatan aktivitas warga dari berbagai daerah tentunya sangat berpengaruh.

Apalagi, di atas 80 persen omzet diperoleh dari pengunjung dari berbagai daerah dan ini sangat pengaruhi pendapatan UKM.

Burhanudin menyatakan, biasanya produk yang mereka jual menjadi prioritas bagi warga luar daerah yang mengunjungi Malut, karena inginkan membawa oleh-oleh khas daerah ini  ketika pulang ke daerah asalnya.


 

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021