Film panjang besutan sutradara Wregas Bhanuteja berhasil memboyong sebanyak 12 Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2021 termasuk kategori Film Panjang Terbaik dan Sutradara Terbaik.
"'Penyalin Cahaya' adalah film panjang pertama saya, dan ketika pandemi, malah menjadi kesempatan saya untuk memproduksi film ini. Saya sangat berterima kasih pada orang-orang yang begitu percaya pada saya, para pemain dan kru yang mau berproses selama berbulan-bulan, offline maupun online," kata Wregas dalam pidato kemenangannya di panggung FFI di Jakarta, Rabu (10/11) malam.
Lebih lanjut, pria asal Yogyakarta, kelahiran 20 Oktober 1992 itu mengatakan, film ini diharapkan mampu menyampaikan pesan tentang kekerasan seksual lebih luas lagi.
"Film ini mengandung statement kuat untuk empowering para penyitas kekerasan seksual, dan menyebarluaskan pesan untuk kita sama-sama melawan, mengingat kekerasan seksual tidak hanya terjadi di Indonesia," ujar Wregas.
Baca juga: Edgar Wright ungkap inspirasi di balik film "Last Night in Soho"
Ia menambahkan, film ini akan dirilis pada Januari 2022 di layanan streaming (over the top / OTT). Menurutnya, layanan streaming memberikan ruang yang lebih luas lagi untuk menyampaikan pesan tentang kekerasan seksual yang ia angkat.
"OTT memberi ruang untuk menayangkan (film) ke seluruh dunia, apalagi di masa pandemi yang tidak menentu. OTT memberikan gaung yang lebih besar untuk menyampaikan pesan ini," kata Wregas.
"Ini adalah energi besar terutama bagi kami sebagai pembuatnya. Ketika sudah rilis, harapannya bisa digapai, diakses masyarakat lebih luas dan worldwide, dan diharapkan juga bisa menciptakan ruang aman dan melawan kekerasan seksual," ujarnya melanjutkan.
Baca juga: Inilaih daftar pemenang Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021
Di sisi lain, produser Adi Ekatama menambahkan, film merupakan media komunikasi dan penyampaian pesan yang baik. "Film adalah media komunikasi, memicu awareness yang lebih luas, dan itu yang utama bagi kami," katanya.
Saat ditanya tentang perasaannya bahwa film yang ia produseri memboyong satu lusin Piala Citra tahun ini, Adi mengaku tidak menyangka.
"Saya speechless. 'Penyalin Cahaya' ada karena cerita dan keresahan dari Wregas tentang kekerasan seksual. Setelah piala ini, diharapkan pesan yang ingin kami sampaikan bisa semakin didengar dan diterima banyak orang," kata Adi.
"Penyalin Cahaya" meraih Piala Citra untuk kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penata Musik Terbaik, Pencipta Lagu Tema Terbaik, Penata Busana Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Pencapaian "Penyalin Cahaya" dengan 12 piala ini menyalip rekor Piala Citra terbanyak yang sebelumnya dipegang oleh "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" dengan 10 penghargaan di FFI 2018.
Baca juga: Perempuan Indonesia menantang untuk ditulis, begini testimoni Kamila Andini
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"'Penyalin Cahaya' adalah film panjang pertama saya, dan ketika pandemi, malah menjadi kesempatan saya untuk memproduksi film ini. Saya sangat berterima kasih pada orang-orang yang begitu percaya pada saya, para pemain dan kru yang mau berproses selama berbulan-bulan, offline maupun online," kata Wregas dalam pidato kemenangannya di panggung FFI di Jakarta, Rabu (10/11) malam.
Lebih lanjut, pria asal Yogyakarta, kelahiran 20 Oktober 1992 itu mengatakan, film ini diharapkan mampu menyampaikan pesan tentang kekerasan seksual lebih luas lagi.
"Film ini mengandung statement kuat untuk empowering para penyitas kekerasan seksual, dan menyebarluaskan pesan untuk kita sama-sama melawan, mengingat kekerasan seksual tidak hanya terjadi di Indonesia," ujar Wregas.
Baca juga: Edgar Wright ungkap inspirasi di balik film "Last Night in Soho"
Ia menambahkan, film ini akan dirilis pada Januari 2022 di layanan streaming (over the top / OTT). Menurutnya, layanan streaming memberikan ruang yang lebih luas lagi untuk menyampaikan pesan tentang kekerasan seksual yang ia angkat.
"OTT memberi ruang untuk menayangkan (film) ke seluruh dunia, apalagi di masa pandemi yang tidak menentu. OTT memberikan gaung yang lebih besar untuk menyampaikan pesan ini," kata Wregas.
"Ini adalah energi besar terutama bagi kami sebagai pembuatnya. Ketika sudah rilis, harapannya bisa digapai, diakses masyarakat lebih luas dan worldwide, dan diharapkan juga bisa menciptakan ruang aman dan melawan kekerasan seksual," ujarnya melanjutkan.
Baca juga: Inilaih daftar pemenang Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021
Di sisi lain, produser Adi Ekatama menambahkan, film merupakan media komunikasi dan penyampaian pesan yang baik. "Film adalah media komunikasi, memicu awareness yang lebih luas, dan itu yang utama bagi kami," katanya.
Saat ditanya tentang perasaannya bahwa film yang ia produseri memboyong satu lusin Piala Citra tahun ini, Adi mengaku tidak menyangka.
"Saya speechless. 'Penyalin Cahaya' ada karena cerita dan keresahan dari Wregas tentang kekerasan seksual. Setelah piala ini, diharapkan pesan yang ingin kami sampaikan bisa semakin didengar dan diterima banyak orang," kata Adi.
"Penyalin Cahaya" meraih Piala Citra untuk kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penata Musik Terbaik, Pencipta Lagu Tema Terbaik, Penata Busana Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Pencapaian "Penyalin Cahaya" dengan 12 piala ini menyalip rekor Piala Citra terbanyak yang sebelumnya dipegang oleh "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" dengan 10 penghargaan di FFI 2018.
Baca juga: Perempuan Indonesia menantang untuk ditulis, begini testimoni Kamila Andini
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021