Jumlah kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Mimika hingga 31 Desember 2010 mencapai 2.463, terdiri atas 1.268 laki-laki dan 1.195 perempuan. Ketua Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Mimika, Erens Meokbun di Timika, Kamis, mengatakan, selama tahun 2010 terjadi penambahan 407 kasus baru HIV dan AIDS di Mimika. Dari 407 kasus baru itu, katanya, sebanyak 290 kasus tanpa gejala HIV dan AIDS, sedangkan sisanya sebanyak 117 kasus dengan gejala HIV dan AIDS. "Kasus HIV dan AIDS di Mimika ditemukan sejak tahun 1996 dan penularannya meningkat dengan cepat terutama melalui media hubungan seks dengan kelompok berisiko," jelas Erens. Ia mengatakan, pada data kasus tahun 2010 ditemukan penularan pada bayi yang baru berusia dua tahun. Bayi pengidap HIV tersebut, katanya, diduga kuat terinfeksi virus mematikan itu dari sang ibu melalui air susu ibu (ASI). Sesuai data KPA Mimika, kata Erens, jumlah kematian akibat HIV dan AIDS di Mimika selama 2010 sebanyak sembilan kasus, empat orang diantaranya laki-laki dan lima orang perempuan. Erens mengatakan, temuan kasus baru terbanyak sepanjang 2010 yaitu pada lima suku migran dari luar Mimika, bukan pada dua suku asli Mimika yaitu suku Amungme dan Kamoro. Sehubungan dengan itu, katanya, Pemkab Mimika akan mendorong dilakukan pertemuan antara Bupati Mimika dengan para bupati kabupaten tetangga untuk mencari solusi guna membendung arus migrasi penduduk secara terus-menerus dari kabupaten tetangga ke Mimika. "Ini yang menjadi masalah. Semua upaya kita untuk menekan laju penyebaran kasus HIV dan AIDS akan sia-sia jika penduduk dari luar yang sudah terinfeksi terus berdatangan ke Mimika," jelas Erens yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Mimika itu. Sekretaris KPA Mimika, Reynold Ubra membenarkan penambahan kasus baru HIV dan AIDS di Mimika lebih didominasi oleh kaum migran dari kabupaten tetangga lantaran adanya akses pengobatan kesehatan gratis di Mimika. Sebagai contoh, katanya, dari sejumlah wanita pekerja seks yang baru datang ke Timika, sekitar 20 persen di antaranya sudah positif terjangkit HIV. Untuk menekan jumlah kasus HIV dan AIDS baru di Timika, KPA setempat terus menggencarkan sosialisasi dan promosi penggunaan kondom, mengingat media penularan HIV di Timika lebih didominasi akibat hubungan seks (hetero seksual) dengan kelompok berisiko. Menurut Reynold, saat ini KPA Mimika telah menyediakan 47 dispenser kondom yang ditempatkan di sejumlah titik, baik di lokalisasi prostitusi, bar, diskotik, tempat pijat maupun di klinik-klinik kesehatan swasta. Di tingkat sekolah, katanya, sejumlah SMP dan SMA/SMK di Mimika telah menjadikan pembelajaran HIV/AIDS sebagai kurikulum muatan lokal wajib yang diajarkan kepada siswa guna memberikan informasi yang menyeluruh tentang HIV dan AIDS, bagaimana pola penularannya dan bagaimana cara mengatasinya. Pendidikan HIV dan AIDS di sekolah-sekolah, katanya, juga sangat membantu upaya pemerintah dalam menekan laju kasus tersebut di tingkat generasi muda sekaligus sebagai agen penyambung informasi kepada para orang tua dan masyarakat di lingkungan siswa. "Kami harapkan mulai tahun ajaran 2011, materi HIV dan AIDS sudah diajarkan di semua sekolah mulai dari tingkat SD hingga SLTA. Buku-buku pelajaran sementara sedang direvisi dan disusun oleh guru-guru dengan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) difasilitasi oleh KPA," kata Reynold.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011