Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) akan meneliti dampak perubahan iklim terhadap permukaan laut lewat satu penelitian adaptasi di Kota Tarakan, Kalimantan Timur. "Kita ingin mengetahui sejauh mana naiknya permukaan air laut. Kalau naiknya permukaan laut 0,3 milimeter per tahun, maka selama sepuluh tahun harus hati-hati dan perlu diantisipasi. Karenanya perlu penelitian," kata Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta di sela-sela Penanaman Sejuta Pohon di Kota Tarakan, Kaltim, Sabtu. Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga ingin mengetahui sejauh mana sumur-sumur kering bila terjadi musim kemarau, sehingga perlu dibuat embung-embung dan sejauh mana parahnya banjir bila terjadi musim hujan. KLH akan mulai melakukan penelitian adaptasi pada Februari 2011 mendatang dengan menurunkan beberapa orang peneliti. "Saya belum tahu berapa jumlah orang yang meneliti. Mereka akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan penelitian di Kota Tarakan," tuturnya. Selain di Kota Tarakan, lanjut Gusti, KLH juga akan melakukan penelitian adaptasi di Palembang, Sumatera Selatan. Menurut dia, Kota Tarakan merupakan wilayah kepulauan, sehingga sangat sensitif bila terjadi perubahan iklim. "Kalau air laut naik, maka Kota Tarakan bisa tenggelam sehingga perlu diantisipasi dengan menjaga kawasan hijau," tuturnya. Gusti menjelaskan, dengan menjaga kelestarian kawasan hijau melalui penanaman pohon bisa mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 26 persen pada 2020 nanti. "Tingginya suhu panas saat ini karena tingginya jumlah emisi gas rumah kaca. Ini perlu dikurangi guna mengantisipasi pemanasan global," tambahnya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011