Perajin batik Tubo, wastra khas Ternate, Maluku Utara, terpaksa harus mentup sejumlah gerai akibat merugi karena dampak pandemi COVID-19.
"Memang, sebelum pandemi COVID-19, ada outlet (gerai) yang berhasil dibuka yakni di kawasan Masjid Raya Al-Munawwar, Bella Hotel dan Kulinter Kampung Makassar Timur, tetapi akibat pandemi sisanya ditutup karena minimnya pembeli, terutama dari luar daerah," kata Direktur Batik Tubo, Kustalany Syakir kepada ANTARA, di Ternate, Minggu.
Menurut dia, selama pandemi COVID-19 melanda tanah air sejak 2020 terasa hingga aktivitas ekonomi di Malut menurun sebab kurangnya daya beli masyarakat, sehingga perajin batik tubo menurun pendapatannya.
Baca juga: Erika, "duta batik" dari Ambon di Kota Oryol Rusia
Sehingga, pihaknya untuk tetap mempertahankan usaha terpaksa menutup sejumlah gerai, dan karyawan harus dirumahkan.
Dia mengakui, sebelum COVID-19, karyawan yang dipekerjakan sebanyak delapan orang, namun saat ini tersisa dua orang.
Kendati demikian, dirinya mengakui saat ini, daya beli mulai bagus saat pelonggaran PPKM dan volume penerbangan mulai lancar. Pengunjung mulai banyak masuk ke Ternate, membawa gairah ke ekonomi termasuk batik tubo.
Begitu pula, kerajinan seperti batik, syal, selendang, dan gantungan kunci saat ini mulai laris terjual. Ia mengatakan omzet yang diperoleh mulai mencapai di atas Rp15 juta per bulan.
Baca juga: Pesona batik Ambon dan tradisi merawat budaya, peluang bisnis menggairahkan
Sebelum COVID-19 melanda Malut, batik yang motifnya mengangkat kearifan lokal seperti rempah-rempah itu, terlihat dari omzet penjualan yang mencapai Rp50 juta per bulan.
Bahkan, ketika batik Tubo dipakai peserta dari Malut mengikuti Liga Dangdut Indonesia dan Putri Indonesia di Jakarta. Apalagi permintaan dari berbagai kalangan terus berdatangan, sehingga omzet penjualannya meningkat hingga 10 persen.
Bahkan, pihaknya gencar melakukan promosi batik tubo ke berbagai kalangan dan wisatawan yang akan menikmati panorama Ternate.
Sementara itu, Plt Kadis Disperindag Kota Ternate, Muchlis Djumadil ketika dikonfirmasi menyatakan, pihaknya akan terus meningkatkan ekonomi masyarakat setelah adanya kelonggaran aktivitas masyarakat di masa pandemi COVID-19, dengan intensif mempromosikan berbagai produk lokal seperti batik tubo di berbagai acara regional maupun nasional.
Baca juga: Inilah Batiksoul, gitar butik kelas dunia dari Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Memang, sebelum pandemi COVID-19, ada outlet (gerai) yang berhasil dibuka yakni di kawasan Masjid Raya Al-Munawwar, Bella Hotel dan Kulinter Kampung Makassar Timur, tetapi akibat pandemi sisanya ditutup karena minimnya pembeli, terutama dari luar daerah," kata Direktur Batik Tubo, Kustalany Syakir kepada ANTARA, di Ternate, Minggu.
Menurut dia, selama pandemi COVID-19 melanda tanah air sejak 2020 terasa hingga aktivitas ekonomi di Malut menurun sebab kurangnya daya beli masyarakat, sehingga perajin batik tubo menurun pendapatannya.
Baca juga: Erika, "duta batik" dari Ambon di Kota Oryol Rusia
Sehingga, pihaknya untuk tetap mempertahankan usaha terpaksa menutup sejumlah gerai, dan karyawan harus dirumahkan.
Dia mengakui, sebelum COVID-19, karyawan yang dipekerjakan sebanyak delapan orang, namun saat ini tersisa dua orang.
Kendati demikian, dirinya mengakui saat ini, daya beli mulai bagus saat pelonggaran PPKM dan volume penerbangan mulai lancar. Pengunjung mulai banyak masuk ke Ternate, membawa gairah ke ekonomi termasuk batik tubo.
Begitu pula, kerajinan seperti batik, syal, selendang, dan gantungan kunci saat ini mulai laris terjual. Ia mengatakan omzet yang diperoleh mulai mencapai di atas Rp15 juta per bulan.
Baca juga: Pesona batik Ambon dan tradisi merawat budaya, peluang bisnis menggairahkan
Sebelum COVID-19 melanda Malut, batik yang motifnya mengangkat kearifan lokal seperti rempah-rempah itu, terlihat dari omzet penjualan yang mencapai Rp50 juta per bulan.
Bahkan, ketika batik Tubo dipakai peserta dari Malut mengikuti Liga Dangdut Indonesia dan Putri Indonesia di Jakarta. Apalagi permintaan dari berbagai kalangan terus berdatangan, sehingga omzet penjualannya meningkat hingga 10 persen.
Bahkan, pihaknya gencar melakukan promosi batik tubo ke berbagai kalangan dan wisatawan yang akan menikmati panorama Ternate.
Sementara itu, Plt Kadis Disperindag Kota Ternate, Muchlis Djumadil ketika dikonfirmasi menyatakan, pihaknya akan terus meningkatkan ekonomi masyarakat setelah adanya kelonggaran aktivitas masyarakat di masa pandemi COVID-19, dengan intensif mempromosikan berbagai produk lokal seperti batik tubo di berbagai acara regional maupun nasional.
Baca juga: Inilah Batiksoul, gitar butik kelas dunia dari Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022