Ambon (ANTARA) - Kelompok usaha Mahina Negeri Laha, kota Ambon mengembangkan batik ecoprint dari bahan ramah lingkungan, yang memanfaatkan daun-daun tanaman sebagai objek pola dan pewarna kain.
"Kami mulai mengembangkan batik ecoprint dari bahan ramah lingkungan, yang diperoleh di sekitar pekarangan masyarakat sehingga dedaunan tidak terbuang sia-sia, " kata pendamping kelompok usaha Mahina negeri Laha, Nursin Mewar, di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan, bahan-bahan yang digunakan adalah bahan alami dari berbagai macam kayu dan daun, dan dikembangkan dengan motode pounding dan shibori.
Dasar kain berwarna putih dirubah ke berbagai motif seperti daun jati, pepaya Jepang, daun jarak dan berbagai macam daun yang diambil dari bahan alami ramah lingkungan.
Ragam produk dihasilkan dengan metode ecoprint, diantaranya adalah tote bag,syal dan pashmina yang dijual dengan harga bervariasi, seperti Totebag Rp75 ribu, syal Rp150 ribu, sedangkan pashmina menyesuaikan jenis kain.
"Kain katun ada dua jenis yakni katun biasa dan sutra, untuk sutra dijual harganya Rp260 ribu, sedangkan katun biasa Rp210 ribu, untuk ukuran dua hingga tiga meter, " katanya.
Kelompok usaha Mahina katanya, memulai usaha pada 14 Agustus 2024, setelah melewati proses pelatihan dan pembinaan dari Jef enam bersama dinas Kelautan dan Perikanan.
Kelompok ini merupakan gabungan kaum ibu dari tiga wilayah yang digabung menjadi satu, yakni negeri Laha, Tawiri dan Air Besar.
"30 orang ibu- ibu dari tiga desa digabung menjadi satu untuk mengikuti pelatihan ecoprint selama tiga hari, " katanya.
Ia menambahkan, setelah proses pelatihan telah menghasilkan produk yang siap dijual ke masyarakat, dengan bantuan pembinaan dan pendampingan selalu dua tahun.
"Tahap awal telah terjual 30 syal, pashmina dan totebag, selanjutnya kita akan membuat produk lainnya seperti jilbab dan rompi, " ujarnya.