Ambon (ANTARA) - Warga Negeri (Desa) wisata Laha, Ambon, Maluku membuat tas kanvas menggunakan teknik ecoprint sebagai produk unggulan desa bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.
"Kami awalnya dibentuk dan dibina oleh Gef6 CFI-Indonesia yang memberikan pelatihan selama tiga hari untuk pembuatan ecoprint atau batik ecoprint," kata Sekretaris Mahina eco print Negeri Laha Sinta Wati di Ambon, Ahad.
Ia menjelaskan ecoprint sendiri merupakan teknik memindahkan motif dan warna pada kain atau media lainnya seperti totebag atau tas kanvas dengan bahan-bahan alami seperti dedaunan.
Ia mengemukakan ide membuat ecoprint dengan memberdayakan perempuan-perempuan Desa wisata Laha itu muncul karena ingin mengurangi pemanasan global lantaran penggunaan bahan-bahan kimia.
"Karena dengan kita beralih ke ecoprint mengurangi bahan-bahan kimia yang dipakai untuk produksi kain motif dengan menggunakan bahan alami. Selain itu ini juga membuat masyarakat lebih sadar akan lingkungan," katanya menjelaskan.
Dia menjelaskan bahwa untuk produksi ecoprint ini menggunakan dua teknik yakni steam dan pounding agar warna dan motif dapat tercetak sempurna pada media.
"Kalau untuk teknik steam kain harus memiliki serat alami karena menggunakan bahan alami," katanya
Untuk teknik steam pertama-tama kain dicuci untuk mengeluarkan residu yang ada. Setelah itu direbus dengan campuran baking soda, sitrun dan tawas, lalu kain direbus sampai mendidih.
"Kemudian kita rendam di zat warna alami misalnya mau warna merah kita menggunakan tumbuhan berwarna merah dengan cara direbus dan kain direndam di dalamnya," ucapnya.
Setelahnya kain dijemur dan kemudian ditata daun-daun yang ingin digunakan diatasnya lalu ditutupi dengan blanket dan plastik kemudian diinjak-injak dan diikat kemudian disteam selama dua jam.
"Nanti setelah itu kita buka dan hasilnya corak daun atau tumbuhan akan menempel di kain tersebut," jelasnya.
Selain itu adapun teknik pounding atau ketuk yang menggunakan hampir semua jenis daun dengan cara menempelkan daun pada media kain berserat kemudian daun ditutupi dengan plastik bening lalu di ketuk-ketuk mengikuti pola dan bentuk daun.
Menurutnya saat ini ada sebanyak 20 ibu-ibu Desa Laha yang aktif memproduksi dengan teknik ecoprint di desa wisata itu. Sebanyak 20 ibu rumah tangga di negeri Laha tersebut mendapatkan honor atau fee dari hasil penjualan di setiap pameran yang diikuti dengan metode bagi hasil.
"Sejak didirikan pada Agustus 2024 hingga saat ini sudah ada sebanyak empat kali kegiatan pameran yang diikuti. Selain itu kami juga memasukkan produk kami di Bandara Pattimura agar dilirik oleh wisatawan. Untuk harga mulai dari Rp75 ribu hingga Rp300 ribu," tuturnya.
Sementara itu perwakilan perangkat Desa Laha, Asti mengatakan pemerintah desa mendukung penuh kegiatan tersebut dengan menyediakan lokasi produksi ecoprint di balai desa.
"Pemerintah desa juga selalu mempromosikan Mahina Ecoprint ini kepada tamu-tamu yang datang, kami juga aktif mengikutsertakan Mahina Ecoprint dalam berbagai kegiatan skala daerah maupun nasional," ujarnya.
Diharapkan Mahina Ecoprint menjadi percontohan bagi desa-desa berkembang lainnya di Maluku.
Warga Negeri Laha Ambon buat tas kanvas dengan teknik ecoprint
Minggu, 15 Desember 2024 11:22 WIB