Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memandang bahwa sudah saatnya industri otomotif secara menyeluruh bergerak untuk membawa teknologi terbaru yang memanfaatkan energi baru dan terbarukan untuk masa depan yang lebih baik.
"Masyarakat membutuhkan teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan bebas dari polutan," kata Agus dalam sambutannya di Gaikindo International Automotive Conference (GIAC) pada Kamis (18/8), dikutip dari siaran pers diterima di Jakarta, Jumat.
Dalam beberapa hari sejak gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) berlangsung mulai 11 Agustus, ia menilai masyarakat memiliki antusiasme terhadap kendaraan listrik.
“Dari situ saya menganggap bahwa electric mobility bukan sekadar memproduksi kendaraan listrik, industri otomotif dan kelistrikan saja. Tapi juga membawa gambaran yang lebih komprehensif lebih besar tentang bagaimana teknologi yang lebih ramah lingkungan yang seharusnya,” kata Agus.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia sepakat dengan regulasi COP 2026 untuk memulai emisi nol karbon (net zero emission) pada 2060, termasuk menggunakan energi baru dan terbarukan. Termasuk menjaga produksi dan regulasi yang lebih menguntungkan untuk semua pihak, kata Agus.
Ia menegaskan Indonesia akan mulai memproduksi mobil listrik dengan jumlah 600 ribu unit mobil listrik, truk listrik, dan bus listrik di tahun 2030. Sementara untuk kategori kendaraan roda dua sebanyak tiga juta unit.
“Sebagai catatan, sekarang ada empat produsen bus listrik di Indonesia, kemudian tiga produsen mobil listrik dan 31 produsen motor listrik yang punya fasilitas produksi di Indonesia,” ujarnya.
Menurut Agus, transfer teknologi merupakan kata kunci dari peralihan di industri otomotif. Teknologi juga bukan hanya mencakup teknologi baterai saja, melainkan seluruh hal yang berkaitan dengan kendaraan listrik.
“Mesin penggerak, baterai, dan komponen yang bersentuhan langsung dengan lingkup kendaraan listrik ini harus dijaga,” tutunya.
Agus juga menyinggung soal pemanfaatan industri menengah dan kecil untuk memproduksi ragam komponen yang bisa mulai diproduksi untuk semua kendaraan listrik sehingga semua pihak saling bahu-membahu dalam percepatan kendaraan listrik di Indonesia. Menurutnya, hal ini merupakan simbiosis mutualisme yang sangat baik untuk membuat manufaktur yang besar tetap terkoneksi dengan industri menengah dan kecil.
Baca juga: Testimoni Industri akui P3DN jadikan produk laptop buatan dalam negeri prioritas
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Masyarakat membutuhkan teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan bebas dari polutan," kata Agus dalam sambutannya di Gaikindo International Automotive Conference (GIAC) pada Kamis (18/8), dikutip dari siaran pers diterima di Jakarta, Jumat.
Dalam beberapa hari sejak gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) berlangsung mulai 11 Agustus, ia menilai masyarakat memiliki antusiasme terhadap kendaraan listrik.
“Dari situ saya menganggap bahwa electric mobility bukan sekadar memproduksi kendaraan listrik, industri otomotif dan kelistrikan saja. Tapi juga membawa gambaran yang lebih komprehensif lebih besar tentang bagaimana teknologi yang lebih ramah lingkungan yang seharusnya,” kata Agus.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia sepakat dengan regulasi COP 2026 untuk memulai emisi nol karbon (net zero emission) pada 2060, termasuk menggunakan energi baru dan terbarukan. Termasuk menjaga produksi dan regulasi yang lebih menguntungkan untuk semua pihak, kata Agus.
Ia menegaskan Indonesia akan mulai memproduksi mobil listrik dengan jumlah 600 ribu unit mobil listrik, truk listrik, dan bus listrik di tahun 2030. Sementara untuk kategori kendaraan roda dua sebanyak tiga juta unit.
“Sebagai catatan, sekarang ada empat produsen bus listrik di Indonesia, kemudian tiga produsen mobil listrik dan 31 produsen motor listrik yang punya fasilitas produksi di Indonesia,” ujarnya.
Menurut Agus, transfer teknologi merupakan kata kunci dari peralihan di industri otomotif. Teknologi juga bukan hanya mencakup teknologi baterai saja, melainkan seluruh hal yang berkaitan dengan kendaraan listrik.
“Mesin penggerak, baterai, dan komponen yang bersentuhan langsung dengan lingkup kendaraan listrik ini harus dijaga,” tutunya.
Agus juga menyinggung soal pemanfaatan industri menengah dan kecil untuk memproduksi ragam komponen yang bisa mulai diproduksi untuk semua kendaraan listrik sehingga semua pihak saling bahu-membahu dalam percepatan kendaraan listrik di Indonesia. Menurutnya, hal ini merupakan simbiosis mutualisme yang sangat baik untuk membuat manufaktur yang besar tetap terkoneksi dengan industri menengah dan kecil.
Baca juga: Testimoni Industri akui P3DN jadikan produk laptop buatan dalam negeri prioritas
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022