Dokter jantung dr. Azlan Sain, Sp.JP dari RSUD Kabupaten Indramayu mengimbau masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat demi mencegah kejadian penyakit jantung koroner.
"Pertama adalah cek kesehatan secara rutin," kata dokter jantung dari Universitas Indonesia itu kepada ANTARA, Selasa.
Azlan mengatakan pemeriksaan kesehatan teratur dianjurkan, terutama untuk orang-orang yang punya salah satu dari faktor risiko penyakit jantung koroner, khususnya faktor risiko yang bisa dimodifikasi.
Faktor risiko penyakit jantung koroner dapat berupa faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi berupa usia dan jenis kelamin.
Azlan menyebutkan laki-laki lebih berisiko dibandingkan wanita dengan usia yang sama sebelum menopause, dan menjadi sama atau bahkan lebih tinggi risikonya pada perempuan setelah menopause.
Tak hanya itu, faktor lainnya meliputi riwayat keluarga dengan serangan jantung yang meninggal pada usia yang lebih muda (laki-laki di bawah 55 tahun, wanita di bawah 65 tahun).
Sementara itu, faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi obesitas, merokok, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebih, kadar lemak berlebih (dislipidemia), serta stres yang berlebihan.
"Pada mereka yang hipertensi, misalnya, maka pengecekan tekanan darah harus dilakukan secara rutin per tiga bulan," jelas Azlan.
Langkah berikutnya adalah menjauhi rokok. Para perokok yang tidak ingin terkena penyakit jantung koroner diminta untuk mencari kebiasaan lain pada waktu senggang, menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat, serta berusaha menjauh dari lingkungan perokok.
Rajin melakukan aktivitas fisik juga salah satu upaya melindungi diri dari penyakit jantung koroner. Azlan menganjurkan untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang dan bersifat aerobik seperti jogging, berenang atau bersepeda, dengan minimal 30 menit per sesi Latihan selama minimal lima hari dalam seminggu untuk mendapatkan Kesehatan jantung yang adekuat.
Kemudian, diet dengan makanan seimbang.
Baca juga: 'Mager' hingga rokok elektrik picu jantung koroner usia muda, begini penjelasannya
"Pola makan yang dianjurkan berupa Diet Mediterania," katanya.
Dia menjelaskan Diet Mediterania adalah diet yang diadaptasi dari pola makan penduduk kawasan Mediterania.
Sebagian besar menunya berfokus pada konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan lemak sehat. Kurangi asupan garam dengan batas maksimal satu sendok teh garam untuk 24 jam porsi makan.
Hindari makanan dengan lemak jenuh, jenis lemak yang umumnya berasal dari hewan. Beberapa jenis makanan yang mengandung lemak jenuh diantaranya daging merah, daging unggas, dan produk olahan susu, seperti mentega, keju, dan es krim.
Jangan lupa untuk istirahat dengan durasi tujuh hingga sembilan jam per hari untuk mencegah kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah serta mengelola stres.
Stres yang berlebih dapat menstimulasi saraf simpatis, suatu persarafan pada tubuh yang meningkatkan denyut dan kerja jantung. Ketika saraf ini terstimulasi terus menerus akibat stres yang berkepanjangan, maka beban kerja jantung menjadi lebih berat.
"Anda harus bisa mengatur waktu istirahat, waktu di rumah, waktu dengan keluarga , atau waktu dengan teman-teman Anda dengan proporsi yang seimbang agar tidak menjadi stres," tutup Azlan.
Baca juga: Dokter: Alasan serangan jantung bisa terjadi pada usia muda
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
"Pertama adalah cek kesehatan secara rutin," kata dokter jantung dari Universitas Indonesia itu kepada ANTARA, Selasa.
Azlan mengatakan pemeriksaan kesehatan teratur dianjurkan, terutama untuk orang-orang yang punya salah satu dari faktor risiko penyakit jantung koroner, khususnya faktor risiko yang bisa dimodifikasi.
Faktor risiko penyakit jantung koroner dapat berupa faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi berupa usia dan jenis kelamin.
Azlan menyebutkan laki-laki lebih berisiko dibandingkan wanita dengan usia yang sama sebelum menopause, dan menjadi sama atau bahkan lebih tinggi risikonya pada perempuan setelah menopause.
Tak hanya itu, faktor lainnya meliputi riwayat keluarga dengan serangan jantung yang meninggal pada usia yang lebih muda (laki-laki di bawah 55 tahun, wanita di bawah 65 tahun).
Sementara itu, faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi obesitas, merokok, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebih, kadar lemak berlebih (dislipidemia), serta stres yang berlebihan.
"Pada mereka yang hipertensi, misalnya, maka pengecekan tekanan darah harus dilakukan secara rutin per tiga bulan," jelas Azlan.
Langkah berikutnya adalah menjauhi rokok. Para perokok yang tidak ingin terkena penyakit jantung koroner diminta untuk mencari kebiasaan lain pada waktu senggang, menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat, serta berusaha menjauh dari lingkungan perokok.
Rajin melakukan aktivitas fisik juga salah satu upaya melindungi diri dari penyakit jantung koroner. Azlan menganjurkan untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang dan bersifat aerobik seperti jogging, berenang atau bersepeda, dengan minimal 30 menit per sesi Latihan selama minimal lima hari dalam seminggu untuk mendapatkan Kesehatan jantung yang adekuat.
Kemudian, diet dengan makanan seimbang.
Baca juga: 'Mager' hingga rokok elektrik picu jantung koroner usia muda, begini penjelasannya
"Pola makan yang dianjurkan berupa Diet Mediterania," katanya.
Dia menjelaskan Diet Mediterania adalah diet yang diadaptasi dari pola makan penduduk kawasan Mediterania.
Sebagian besar menunya berfokus pada konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan lemak sehat. Kurangi asupan garam dengan batas maksimal satu sendok teh garam untuk 24 jam porsi makan.
Hindari makanan dengan lemak jenuh, jenis lemak yang umumnya berasal dari hewan. Beberapa jenis makanan yang mengandung lemak jenuh diantaranya daging merah, daging unggas, dan produk olahan susu, seperti mentega, keju, dan es krim.
Jangan lupa untuk istirahat dengan durasi tujuh hingga sembilan jam per hari untuk mencegah kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah serta mengelola stres.
Stres yang berlebih dapat menstimulasi saraf simpatis, suatu persarafan pada tubuh yang meningkatkan denyut dan kerja jantung. Ketika saraf ini terstimulasi terus menerus akibat stres yang berkepanjangan, maka beban kerja jantung menjadi lebih berat.
"Anda harus bisa mengatur waktu istirahat, waktu di rumah, waktu dengan keluarga , atau waktu dengan teman-teman Anda dengan proporsi yang seimbang agar tidak menjadi stres," tutup Azlan.
Baca juga: Dokter: Alasan serangan jantung bisa terjadi pada usia muda
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022