Pelatih klub sepakbola Baguala di Kota Ambon Provinsi Maluku, Marthen Sarimanela menyesalkan konflik soal pemilihan ketua umum (Ketum) PSSI, karena justru merugikan pembinaan dan pelatihan menghadapi berbagai eventĀ  nasional, regional dan internasional. "Pemerintah, KONI dan Pengurus PSI harus arif dan bijaksana dalam memilih Ketum melalui kongres yang kini telah ikut campur FIFA agar tidak berdampak negatif terhadap pembinaan pemain," katanya kepada ANTARA di Ambon, Sabtu. Marthen yang juga "Raja" atau Kepala Desa) Passo mengemukakan pemilihan Ketum PSSI sebenanya ada mekanisme, baik peratutan FIFA, PSSI dan Undang-undang tentang olahraga. "Jadi mengacu pada ketentuan tersebut saja sehingga tidak menimbulkan konflik yang sebenarnya telah merambah ke berbagai kepentingan sehingga mendiskreditkan wibawa masing-masing institusi," ucapnya. Dikatakan, konflik yang terjadi ini juga mencoreng citra Indonesia di mata dunia internasional karena kenyataan sudah saling menuding dengan melibatkan embel - embel institusi. "Kasihan sebenarnya yang diinginkan adalah siapa pun Ketum PSSI yang terpilih bisa mengemban tangggung jawab dengan baik agar pembinaan pemain diprogram secara profesional guna mencapai prestasi menggembirakan, terutama Sea Games XXVI karena Indonesia gtuan rumah penyelenggaraan," ujarnya. Pada kesempatan lain Ketua Pengprov PSSI MalUKU, Dirk Soplanit menginginkan pemilihan Ketum PSSI jangan diboncengi kepentingan lain. "Prestasi sepak bola Indonesia saatnya ditingkatkan dengan memilih pengurus yang berkapabilitas, loyalitas dan siap berkorban untuk pembinaan pemain sehingga jangan ada kepentingan tertentu memboncengi pemilihan Ketum," katanya. Sedangkan Sekretaris KONI Maluku, Albert Finanlambir memprihatinkan prestasi sepak bola Indonesia selama 10 tahun terakhir ini. "Jadinya perlu dilakukan reformasi di PSSI, kalau ingin prestasi sepak bola Indonesia kembali diperhitungkan, baik di regional maupun internasional," katanya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011