Komunitas Gerakan Mahasiswa Alifuru (Gemafuru) mengajak seluruh masyarakat untuk menghentikan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Maluku melalui pentas seni. 

 

“Melalui panggung pentas seni , kami mengajak semua pihak untuk stop kekerasan seksual terhadap perempuan,” kata Koordinator Gemafuru, Minsen Tenine, di Ambon, Minggu. 

Ia mencontohkan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan yang saat ini disoroti Komunitas Gemafuru adalah kasus yang diduga dilakukan oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Jodis Rumahsoal.

 

Salah satu korban dari pelecehan secara verbal yang dilakukan politisi PDI Perjuangan itu adalah CR, perempuan Nusa Ina yang memiliki turunan mata rumah parentah atau mata rumah raja.

 

“Ini kan sudah lecehkan perempuan, sekaligus juga melecehkan adat. Ini bagi kami miris,” ungkapnya.

 

Selain itu, Minsen mengaku pentas seni ini juga merupakan bagian dari aksi protes terhadap kasus rudapaksa terhadap siswi MTS di Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) oleh empat orang pelaku dan  dua di antaranya anak dari anggota DPRD SBT. 

 

“Tentu, kami juga mendesak Polres, dan Pemda SBT agar segera mengusut tuntas kasus rudapaksa tersebut,” katanya. 

Ia mendorong pemerintah daerah agar terhadap kasus kekerasan seksual baik secara fisik maupun verbal agar tidak diberi ruang toleransi bagi para pelaku. 

 

“Intinya bahwa yang salah, tetap salah. Siapa pun yang melakukan kekerasan seksual harus ditindak jangan dilindungi,” pintanya.

 

Berdasarkan data pada 2022, Yayasan JantongHati telah menangani sebanyak 33 kasus kekerasan seksual di Maluku.

Sementara Dari data Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease di November 2022, ada 126 kasus kekerasan perempuan yang dilaporkan ke kepolisian. Dari laporan itu kasus kekerasan dalam rumah tangga yang tertinggi. 

 

Data Sistem Informasi Online Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenppa) menyebutkan, jumlah kasus kekerasan di Maluku di tahun 2022 sejumlah 337 kasus. 

 

Kasus kekerasan perempuan sebanyak 311 dan laki-laki sebanyak 76 kasus. Wilayah di Maluku yang paling tinggi angka kasus kekerasan adalah Kota Ambon sejumlah 199, Kabupaten Buru sebanyak 37 kasus, Kota Tual 33 kasus, Maluku Tenggara Barat, 23 kasus, Maluku Tengah, 13 kasus,  Maluku Tenggara, 11 kasus, Seram Bagian Barat, 8 kasus, Kepulauan Aru, 6 kasus, Maluku Barat Daya, 5 kasus, Seram Bagian Timur, 2 kasus, sementara Kabupaten Buru Selatan belum melaporkan jumlah angka kekerasan di daerahnya.

Pewarta: Winda Herman

Editor : Ikhwan Wahyudi


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023