Ambon (Antara Maluku) - Rompi dan helm anti peluru sebaiknya tidak digunakan oleh wartawan saat meliput di wilayah konflik, kata seorang wartawan senior.

"Saat meliput sebuah insiden, sebaiknya kita tak perlu memakai rompi dan helm anti peluru karena atribut seperti ini justru membuat kita makin berani dan tidak memikirkan risiko keselamatan diri. Selain itu, rompi dan topi bisa tertembus peluru seperti yang saya alami di Afrika Barat," demikian pengakuan koordinator internasional Pecojon, Antonia Koop di Ambon, Selasa.

Pecojon adalah singkatan dari The Peace and Conflict Journalism Network, sebuah lembaga non pemerintah (NGO) yang bermarkas di Filipina.

Antonia Koop berada di Ambon dalam rangka pelatihan jurnalisme sensitif konflik bagi sejumlah wartawan di Maluku yang diselenggarakan Pecojon.

"Kegiatan pelatihan bagi wartawan pada sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara yang rawan konflik sudah kami lakukan sejak tahun 2007 seperti Kamboja, Filipina, Timor Leste dan Indonesia," katanya.

Menurut dia, Pecojon sangat peduli terhadap para pekerja di daerah-daerah konflik sehingga ingin memberikan pelatihan jurnalisme yang memadukan teknik-teknik peliputan sensitif konflik ke dalam praktek dan pendidikan jurnalisme.

Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mendengarkan berbagai pengalaman wartawan yang belum pernah mendapatkan pendidikan meliput konflik tapi dipaksakan oleh situasi untuk melakukan tugas jurnalisme dan menyajikan pemberitaan yang objektif serta akurat.

Antonia adalah Wanita berkebangsaan Jerman dan menetap di Inggris. Ia berprofesi sebagai jurnalis di bidang penyiaran sekaligus pembuat film dokumenter, dan pernah meliput konflik di Afrika Barat, konflik Israel-Palestina dan konflik di Filipina.

Ketimbang menyediakan rompi dan helm anti peluru, kata Antonia Koop, perusahaan pers lebih baik mengasuransikan wartawannya yang ditugaskan meliput di daerah konflik.

Lebih dari itu, wartawan juga diminta lebih memikirkan keselamatan diri ketimbang mengejar berita konflik yang ekslusif dengan taruhan nyawa.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011