Ambon (Antara Maluku) - Dinas Pertanian dan Perkebunan  Provinsi Maluku akan membentuk asosiasi bagi petani tanaman perkebunan rakyat, untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

"Kami berencana membentuk asosiasi bagi petani cengkih, pala dan kelapa (kopra). Upaya ini untuk meningkatkan taraf hidup mereka sebagai petani dan penghasil," kata kepala Dsipertan Maluku Syuryadi Sabirin kepada ANTARA di Ambon, Kamis.

Menurut dia, pembentukan asosiasi ini dimaksudkan agar petani lokal tidak lagi tergantung pada tengkulak, tetapi dapat menentukan sendiri harga dan pembeli produknya.

Untuk itu pihaknya akan segera membenahi mata rantai pasar tanaman perkebunan di Maluku.

Upaya pengembangan tanaman perkebunan rakyat ini akan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Dipertan.

Sabirin juga mengatakan, selama ini para tengkulak lebih diuntungkan dari pada petani yang merupakan penghasil.

Produk mereka, katanya, dibeli dengan harga rendah kemudian dijual lagi dengan biaya yang jauh lebih tinggi.

Dengan adanya wadah yang dapat melindungi para petani, kata dia, mereka dapat mengembangkan usahanya dan terpacu untuk menghasilkan varietas yang berkualitas.

"Dengan begini, tingkat kemiskinan juga dapat diturunkan, dan adanya pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat lainnya," katanya.

"Asosiasi ini akan sangat membantu mereka untuk mendapatkan akses pasar, rehabilitasi tanaman, mendapatkan bibit-bibit unggul dan sebagainya," tambahnya.

Sabirin mengatakan, untuk tanaman coklat, pihaknya masih melanjutkan program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao yang digalakkan pemerintah pusat hingga tahun 2012.

"Petani kakao kita sangat membutuhkan rehabilitasi tanaman mereka karena sudah sangat tua. Kami akan mengembangkannya dengan bibit dari Balai Benih di Jember," katanya.

Ia menambahkan, berdasarkan analisa usaha yang dilakukan oleh pihaknya, jumlah produksi satu pohon cokelat dapat menghasilkan enam kilogram per tahun. Jika ada 1.000 pohon, maka petani dapat enam ton kakao dalam satu tahun.

"Enam ton ini jika dikalikan dengan harga satu kilogramnya di pasar, yakni Rp1.800, maka hampir Rp100 jutaan bisa diperoleh oleh petani dalam satu tahun," kata Syuryadi Sabirin.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011