Ambon (Antara Maluku) - Konser suling bambu "Molucca Bamboowind Orchestra" (MBO) pimpinan Maynart Reinold Nathaniel Alfons memukau ratusan penonton yang memenuhi gedung Taman Budaya, Karang Panjang, Kota Ambon, Kamis (27/9) malam.

Konser yang melibatkan 100-an peniup suling bambu yang dikolaborasikan dengan musik tradisional khas Maluku "totobuang" dan "hawaiian" itu, merupakan yang keenam kalinya digelar di Ambon, sejak grup orkestra itu terbentuk 2005.

Maynart Reinold Nathaniel Alfons yang akrab disapa Rence juga bertindak sebagai konduktor, komposer, dan arranger dalam konser MBO yang juga disaksikan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dan Wakil Menteri (Wamen) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sapta Nirwandar.

Molucca Bamboowind Orchestra dibentuk bersamaan dengan HUT ke-430 Kota Ambon pada 7 September 2005 dan saat ini berada di bawah binaan Taman Budaya Maluku.

Anggota kelompok itu berasal dari berbagai latar belakang profesi mulai dari siswa SMP, SMA, SMK, mahasiswa, tukang ojek, tukang "tifar mayang" (penyadap nira), pengemudi becak, montir bengkel, polisi, gusu SD, wiraswasta, PNS serta pensiunan PNS dan TNI.

Konser yang didukung Marachristy Choir dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Ambon itu dibuka dengan tembang "Tuhan" hasil karya grup legendaris Bimbo.

Rence pun kemudian meramu alunan melodi dengan idiom pentatonik Jawa yang menggoda dalam tembang keduanya "Arumbae" karya grup musik asal Belanda berdarah Maluku, Massada, yang digambarkan sebagai perpaduan rujak Natsepa serta Gudeg Jogya yang sama-sama terkenal.

Tembang "Angin Barat", yang mengalun kemudian menjadi sebuah penghargaan komposer bersama seluruh pemain suling kepada "Bing Leiwakabessy", maestro seni musik tradisional atas jasanya mengembangkan musik hawaian di Maluku, sehingga pemeroleh penghargaan dari Menteri Pariwisata pada Juli 2011. Lagu tersebut menceritakan tentang ganasnya angin barat di perairan Maluku yang selalu menghambat para nelayan menangkap ikan di lautan.

Sejumlah lagu Ambon yakni "Sayang Kane", "O La Bapa Ja", dan "Rasa Sayang", dengan irama menghentak yang dipadu komposisi suara suling satu, dua, tiga, empat dan lima, tabuhan tifa, totobuang, rebana serta suara biola dan saxofon yang dimainkan beberapa mahasiswa pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Tiga lagu yang dimainkan berturut-turut dengan irama khas lagu-lagu orang Maluku, sontak membuat seluruh penonton termasuk Gubernur Ralahalu dan Wamen Sapta Nirwandar berdiri dan bertepuk tangan serta bergoyang mengikuti alunan lagu yang dimainkan.

Khusus lagu "Rasa Sayang", menurut sang komponis Rence Alfons, merupakan salah satu kekayaan dan warisan masyarakat Maluku yang pernah diklaim sebagai milik negara tetangga Malaysia dan menjadi polemik internasional, karena lagunya dibuat medley dengan pantun dari budaya melayu, padahal pada lagu tersebut nampak jelas ciri khas rakyat Maluku yang selalu diakhiri dengan huruf vokal "E".

Tidak hanya lagu daerah Maluku atau lagu nasional yang dimainkan dalam konser yang menarik perhatian Wamen Parekraf Sapta Nirwandar itu. Dua lagu hasil karya komponis asing diantaranya "Asturias" karya seniman Spanyol, Izaac Albenis yang berkarya di era romantik periode sejarah musik barat serta hasil karya musisi kaliber dunia David Foster "Saint Elmo's Fire" juga dilantunkan dengan apik sehingga mengundang decak kagum para penonton.

Konser yang berlangsung selama dua jam itu, grup orkestra yang pernah dipercaya mengisi acaran Natal Nasional pada 27 Desember 2011 di Jakarta Convention Center (JCC) serta pembukaan MTQ Nasional di Ambon 8 Juni 2012, memainkan beberapa karya lagu Maluku berirama folk yakni "Laju-laju Perahu Laju", "Makan Patita" dan "Waktu Hujan Sore-sore".

Di akhir konser, Molucca Bamboowind Orchestra memainkan tembang "Pamit" yang diciptakan sang kondusktor Rence Alfons dengan memadukan irama musik tradisional Maluku "totobuang" yang umumnya berkembang di masyarakat Kristen serta musik "hadrah" yang berkembang di tengah masyarakat Muslim Maluku.

Kedua musik ini diramu dalam sebuah komposisi baru dengan memanfaatkan alat musik band dengan improvisasi keyboard, gitar, violin serta dentingan suara flute, menimbulkan kesan ke-Maluku-an pada setiap orang yang mendengarkannya.

Pada bagian akhir ini Rence Alfons tidak hanya sebagai konduktor, komposer, dan arranger tetapi juga bertindak sebagai penabuh alat musik "totobuang" yang terdiri dari 10 buah gamelan, sehingga membuat Wamen Parekraf, sapta Nirwandar, Gubernur Karel Albert Ralahalu serta ratusan penonton terkagum-kagum.

Usai konser, Wamen Sapta Nirwandar dan Gubernur Maluku Karel Ralahalu, langsung memberikan selamat kepada Rence dan menyatakan kekaguman mereka dapat menyaksikan konser musik tradisional yang bagi mereka tergolong luar biasa itu, di samping memberikan penghargaan kepada musisi termuda Molucca Bamboowind Orchestra, yakni Delvin Gaspersz (11).

Pewarta: James F. Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012