Ambon (Antara Maluku) - Komunitas penyanyi dan pemusik hip-hop di Ambon membedah album "Social Rapacity", di Aula Kampus PGSD Universitas Pattimura Ambon, Minggu.
Selain belasan rapper, beberapa anggota komunitas lainnya seperti Ambon Bergerak, Pardidoe Fotography, dan lainnya hadir dalam bedah album yang telah diluncurkan di internet pada akhir Juni 2012 itu.
Social Rapacity merupakan album kompilasi dari rapper asal Ambon Bounty Crew, Argon X & NMorita, K-19, The Big Zero, Molukka Hip-Hop Community (MHC), Cidade De Amboino (CDA), Pattimura Muda Crew (PMC), dan Putra Mordochu.
Selain menggunakan bahasa Ambon Melayu, delapan lagu, di antaranya Yang Di Bawah Dapa Ludah, Dying Nation, Bedebah, Pattimura Muda, dan lainnya juga menggunakan campuran bahasa Inggris, Indonesia, dan lagu daerah Pulau Kei, Maluku Tenggara.
"Rapacity bisa juga diartikan Rap Ambon City. Ide pembuatan album ini sendiri muncul saat pertemuan bersama komunitas Hip-hop Ambon, beberapa waktu lalu," kata Hayaka Nendissa dari MHC.
Hayaka mengatakan, sejak diluncurkan hingga sekarang, Social Rapacity sudah 476 kali diunduh. Dengan jumlah pengunggah sebanyak itu, album kritikan mereka dapat dibilang telah mencapai target, bisa didengarkan dan dipahami.
"Karena ini temanya kritik sosial, kami tidak hanya mengeritik pembuat kebijakan, tapi juga sistem yang berkembang dalam masyarakat sosial, persahabatan dan lainnya," kata Rhio Diasz dari CDA.
Selain membedah lirik dan musik lagu-lagu bertema kritik sosial tersebut, beberapa rapper seperti K-19, MHC, CDA, The Big Zero, dan Argon X & NMorita juga menyanyikan lagu-lagu mereka yang terdapat dalam album Social Rapacity.
"Kami memilih menggunakan bahasa melayu Ambon dalam lagu kami, karena ingin memperkenalkan identitas kami sebagai orang Maluku," kata Grisly Nahusuly dari K-19, usai ia dan grupnya membawakan lagu mereka "Yang Di Bawah Dapa Ludah".
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012
Selain belasan rapper, beberapa anggota komunitas lainnya seperti Ambon Bergerak, Pardidoe Fotography, dan lainnya hadir dalam bedah album yang telah diluncurkan di internet pada akhir Juni 2012 itu.
Social Rapacity merupakan album kompilasi dari rapper asal Ambon Bounty Crew, Argon X & NMorita, K-19, The Big Zero, Molukka Hip-Hop Community (MHC), Cidade De Amboino (CDA), Pattimura Muda Crew (PMC), dan Putra Mordochu.
Selain menggunakan bahasa Ambon Melayu, delapan lagu, di antaranya Yang Di Bawah Dapa Ludah, Dying Nation, Bedebah, Pattimura Muda, dan lainnya juga menggunakan campuran bahasa Inggris, Indonesia, dan lagu daerah Pulau Kei, Maluku Tenggara.
"Rapacity bisa juga diartikan Rap Ambon City. Ide pembuatan album ini sendiri muncul saat pertemuan bersama komunitas Hip-hop Ambon, beberapa waktu lalu," kata Hayaka Nendissa dari MHC.
Hayaka mengatakan, sejak diluncurkan hingga sekarang, Social Rapacity sudah 476 kali diunduh. Dengan jumlah pengunggah sebanyak itu, album kritikan mereka dapat dibilang telah mencapai target, bisa didengarkan dan dipahami.
"Karena ini temanya kritik sosial, kami tidak hanya mengeritik pembuat kebijakan, tapi juga sistem yang berkembang dalam masyarakat sosial, persahabatan dan lainnya," kata Rhio Diasz dari CDA.
Selain membedah lirik dan musik lagu-lagu bertema kritik sosial tersebut, beberapa rapper seperti K-19, MHC, CDA, The Big Zero, dan Argon X & NMorita juga menyanyikan lagu-lagu mereka yang terdapat dalam album Social Rapacity.
"Kami memilih menggunakan bahasa melayu Ambon dalam lagu kami, karena ingin memperkenalkan identitas kami sebagai orang Maluku," kata Grisly Nahusuly dari K-19, usai ia dan grupnya membawakan lagu mereka "Yang Di Bawah Dapa Ludah".
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012