Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Maluku Kardiono mengatakan penguasaan teknologi informasi (TI) serta bahasa asing bisa menunjang para petani penghasil komoditi pala, cengkih atau kelapa di Maluku untuk mencari peluang pasar yang lebih luas hingga luar negeri.
"Kita tidak bisa lagi menggunakan cara-cara lama tetapi melalui digital kita banyak belajar untuk mendapatkan hasil terbaik, tinggal bagaimana memastikan produk itu sesuai dengan standar buyer di luar negeri," kata Kardiono di Ambon, Senin.
Karena sekarang jamannya penguasaan teknologi dan bermodalkan penguasaan bahasa asing yang bisa dimanfaatkan para petani yang masih muda usianya sehingga rantai distribusi yang panjang bisa dikuasai.
Kardiono mengatakan saat masih bertugas di Provinsi Banten beberapa tahun lalu, ada anak muda yang hanya lulusan SMA tetapi sudah bisa mengekspor gula semut ke China, Eropa dan Timur Tengah dengan hanya bermodalkan teknologi informasi.
Meskipun hanya lulusan SMA, tetapi ketika mau mengekspor komoditas tersebut dia sudah pandai menggunakan bahasa China dan bahasa Inggris serta memanfaatkan teknologi yang maju.
"Kebetulan saya melakukan pendampingan dan pembinaan di sana, bagaimana dia mempersiapkan produknya sesuai standar, pelabelan hingga kemasan produk gula semut sehingga masuk pasar-pasar modern dan ekspor," katanya.
"Jadi langkah ini yang harus dipadukan antara penguasaan bahasa asing dengan IT sekarang," ucapnya.
Sebab potensi perkebunan di wilayah Maluku sangat besar dan harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan petani seperti di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat menuju Maluku Tengah atau pun ke Pulau Ambon yang memiliki potensi dan sudah tersedia akses transportasi darat serta laut sehingga balai bisa melakukan pendampingan untuk target produk maupun pembeli.
"Jadi petugas penyuluh lapangan, pemerintah daerah maupun pelaku usaha dan petani harus memiliki satu kesatuan dan memaksimalkan interaksi secara digital," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024
"Kita tidak bisa lagi menggunakan cara-cara lama tetapi melalui digital kita banyak belajar untuk mendapatkan hasil terbaik, tinggal bagaimana memastikan produk itu sesuai dengan standar buyer di luar negeri," kata Kardiono di Ambon, Senin.
Karena sekarang jamannya penguasaan teknologi dan bermodalkan penguasaan bahasa asing yang bisa dimanfaatkan para petani yang masih muda usianya sehingga rantai distribusi yang panjang bisa dikuasai.
Kardiono mengatakan saat masih bertugas di Provinsi Banten beberapa tahun lalu, ada anak muda yang hanya lulusan SMA tetapi sudah bisa mengekspor gula semut ke China, Eropa dan Timur Tengah dengan hanya bermodalkan teknologi informasi.
Meskipun hanya lulusan SMA, tetapi ketika mau mengekspor komoditas tersebut dia sudah pandai menggunakan bahasa China dan bahasa Inggris serta memanfaatkan teknologi yang maju.
"Kebetulan saya melakukan pendampingan dan pembinaan di sana, bagaimana dia mempersiapkan produknya sesuai standar, pelabelan hingga kemasan produk gula semut sehingga masuk pasar-pasar modern dan ekspor," katanya.
"Jadi langkah ini yang harus dipadukan antara penguasaan bahasa asing dengan IT sekarang," ucapnya.
Sebab potensi perkebunan di wilayah Maluku sangat besar dan harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan petani seperti di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat menuju Maluku Tengah atau pun ke Pulau Ambon yang memiliki potensi dan sudah tersedia akses transportasi darat serta laut sehingga balai bisa melakukan pendampingan untuk target produk maupun pembeli.
"Jadi petugas penyuluh lapangan, pemerintah daerah maupun pelaku usaha dan petani harus memiliki satu kesatuan dan memaksimalkan interaksi secara digital," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024