Ambon (Antara Maluku) - Sanggar seni tari Tifa Siwalima Ambon mengangkat legenda kuno "Hantu Laut Aru" menjadi sebuah tari garapan baru.

"Kisah ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan sangat melegenda, kami mencoba untuk menghidupkan legenda itu melalui tari garapan baru yang mengakar pada kesenian tradisi masyarakat Aru," kata Seniman Tari Sanggar Tifa Siwalima Fardiana Imelda Zawawi, di Ambon, Kamis.

Ia mengatakan tari yang sedang digarapnya itu tidak terlalu sulit untuk dilakukan karena hanya menitik beratkan pada kelincahan gerakan kaki, sesuai dengan tari-tarian tradisi khas Kepulauan Aru.

Keunikan dari tari yang diberi judul Hantu Laut Aru itu adalah efek dramatis dengan alunan musik dari instrumen tradisional khas Maluku, yakni tifa, suling bambu, tahuri (kulit kerang -red) dan toleng-toleng.

"Gerakan-gerakannya tidak terlalu sulit, tapi jumlah penarinya harus banyak, minimal tujuh orang," kata Fardiana.

Koordinator Teknis Sanggar Tifa Siwalima Dorry Matauseya mengatakan, legenda Hantu Laut Aru sangat populer di kalangan pelaut dan nelayan setempat.

Kisah tersebut menceritakan tentang seorang perempuan yang oleh warga di tempat tinggalnya, dituduh sebagai "suanggi" (orang yang memiliki kesaktian ilmu hitam -red), perempuan itu kemudian ditenggelamkan ke laut.

Dalam kepercayaan masyarakat Aru, perempuan itu kendati sudah ditenggelamkan ke laut tidak mati melainkan hidup mengembara di sekitar laut Arafura dan sering muncul pada waktu tertentu.

Perempuan itu oleh masyarakat disebut sebagai hantu laut, kemunculannya dipercaya akan membawa bencana di lautan atau sebagai pertanda gejala alam, bagi pelaut maupun nelayan yang sedang beroperasi di sekitar laut Arafura.

"Dalam gambaran masyarakat, hantu laut Aru berambut panjang, kulitnya bersisik, dan ketika muncul selalu berdiri di atas sebatang kayu lapuk," ujarnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014