Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, diperkirakan bergerak mendatar di tengah pelaku pasar bersikap wait and see terhadap Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).
IHSG dibuka melemah 9,17 poin atau 0,13 persen ke posisi 7.152,08. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 1,97 poin atau 0,23 persen ke posisi 869,71.
"IHSG berpeluang bergerak sideways (mendatar) pada awal pekan ini," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Dari dalam negeri, rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen pada tahun 2025 menjadi sorotan masyarakat, yang diperkirakan akan semakin membebani daya beli masyarakat yang tengah melemah serta ekonomi Indonesia.
Dengan kenaikan PPN, maka masyarakat harus membeli barang lebih mahal, padahal konsumsi masyarakat Indonesia menyumbang 53 sampai 56 persen dari total konsumsi.
Fokus pelaku pasar pada pekan ini tertuju pada Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) yang diselenggarakan pada Selasa (19/11) dan Rabu (20/11), yang akan memutuskan kebijakan terkait suku bunga acuan (BI rate) periode November 2024.
Pada hari yang sama, BI akan merilis deposit facility rate dan lending facility rate.
Dari mancanegara, pelaku pasar juga akan mencerna komentar terbaru dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang pada pekan lalu menyatakan bahwa bank sentral tidak "tergesa-gesa" untuk memangkas suku bunga acuannya.
Data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) periode Oktober 2024 yang dirilis pada Jumat (15/11) menunjukkan peningkatan sebesar 0,4 persen, atau sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 0,3 persen.
Secara keseluruhan, pelaku pasar harus bersiap menghadapi fluktuasi dalam waktu dekat mengingat belum jelasnya arah kebijakan pemerintahan dari Presiden Terpilih AS Donald Trump.
Dari regional, bank sentral China juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada Rabu (20/11), yang mana China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1 persen dan 3,6 persen.
Sementara itu, bursa Saham AS atau Wall Street mencatatkan penurunan signifikan pada perdagangan di Jumat (15/11), yang terjadi di tengah kekhawatiran investor terkait dengan kebijakan suku bunga acuan dari The Fed.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 305,87 poin atau 0,70 persen ditutup di 43.444,99, indeks S&P 500 melemah 1,32 persen ke level 5.870,62, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 2,24 persen menjadi 18.680,12.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 289,79 poin atau 0,75 persen ke level 38.353,10, indeks Hang Seng menguat 151,55 poin atau 0,78 persen ke level 19.577,89, dan indeks Straits Times melemah 3,05 poin atau 0,08 persen ke 3.742,64.
Sementara itu, indeks Shanghai (China) libur memperingati hari libur nasional negara tersebut.
IHSG dibuka melemah 9,17 poin atau 0,13 persen ke posisi 7.152,08. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 1,97 poin atau 0,23 persen ke posisi 869,71.
"IHSG berpeluang bergerak sideways (mendatar) pada awal pekan ini," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Dari dalam negeri, rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen pada tahun 2025 menjadi sorotan masyarakat, yang diperkirakan akan semakin membebani daya beli masyarakat yang tengah melemah serta ekonomi Indonesia.
Dengan kenaikan PPN, maka masyarakat harus membeli barang lebih mahal, padahal konsumsi masyarakat Indonesia menyumbang 53 sampai 56 persen dari total konsumsi.
Fokus pelaku pasar pada pekan ini tertuju pada Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) yang diselenggarakan pada Selasa (19/11) dan Rabu (20/11), yang akan memutuskan kebijakan terkait suku bunga acuan (BI rate) periode November 2024.
Pada hari yang sama, BI akan merilis deposit facility rate dan lending facility rate.
Dari mancanegara, pelaku pasar juga akan mencerna komentar terbaru dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang pada pekan lalu menyatakan bahwa bank sentral tidak "tergesa-gesa" untuk memangkas suku bunga acuannya.
Data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) periode Oktober 2024 yang dirilis pada Jumat (15/11) menunjukkan peningkatan sebesar 0,4 persen, atau sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 0,3 persen.
Secara keseluruhan, pelaku pasar harus bersiap menghadapi fluktuasi dalam waktu dekat mengingat belum jelasnya arah kebijakan pemerintahan dari Presiden Terpilih AS Donald Trump.
Dari regional, bank sentral China juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada Rabu (20/11), yang mana China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1 persen dan 3,6 persen.
Sementara itu, bursa Saham AS atau Wall Street mencatatkan penurunan signifikan pada perdagangan di Jumat (15/11), yang terjadi di tengah kekhawatiran investor terkait dengan kebijakan suku bunga acuan dari The Fed.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 305,87 poin atau 0,70 persen ditutup di 43.444,99, indeks S&P 500 melemah 1,32 persen ke level 5.870,62, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 2,24 persen menjadi 18.680,12.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 289,79 poin atau 0,75 persen ke level 38.353,10, indeks Hang Seng menguat 151,55 poin atau 0,78 persen ke level 19.577,89, dan indeks Straits Times melemah 3,05 poin atau 0,08 persen ke 3.742,64.
Sementara itu, indeks Shanghai (China) libur memperingati hari libur nasional negara tersebut.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IHSG diprediksi mendatar di tengah 'wait and see' RDG Bank Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024