Tual (Antara Maluku) - Keluarga Yosep Sairlela, Kepala Pos Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Benjina, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), meminta polisi mengusut penyebab kematian almarhum yang diduga tidak wajar.

Wartawan Antara yang meliput di rumah duka di Tual, Selasa, melaporkan, keluarga Sairlela menduga kematian Yosep tidak wajar karena pada tubuh almarhum terdapat luka-luka antara lain di bagian bawah mata kanan dan telinga kanan, serta lebam pada kaki diduga akibat hantaman benda tumpul.

"Kami keluarga minta pihak kepolisian di Jakarta, khususnya tempat dimana kakak saya ini meninggal untuk segera melakukan pengusutan penyebab kematiannya," kata Andi Sairlela, salah seorang adik Yosep.

Menurut dia, pihak keluarga telah mendapat keterangan dari pihak KKP bahwa almarhum meninggal dunia akibat serangan jantung dan otopsi sudah dilakukan.

"Keterangannya bahwa hasil otopsi akan diserahkan dua minggu setelah kematian kakak saya," katanya.

Ia juga menyatakan keluarga siap menerima kenyataan apabila memang hasil otopsi itu sama dengan keterangan dari pihak KKP, tetapi bila berbeda maka misteri kematian Yosep harus diusut tuntas.

"Hasil otopsinya kami minta diserahkan ke Bareskrim Polri," kata Andi.

Rencananya jenasah almarhum akan dimakamkan di samping rumahnya di Tual pada pukul 15.00 WIT.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, Yosep Sairlela berangkat ke Jakarta pada Kamis (16/4) dalam rangka tugas, dan meninggal dunia pada Sabtu malam (18/4).

Jenasah almarhum tiba di rumah duka di Tual, Senin.

Kedatangan Yosep ke Jakarta terkait dengan masalah dugaan perbudakan ABK asing yang bekerja untuk perusahaan penangkapan dan pengalengan ikan Pusaka Benjina Resources (PBR) di Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku.

Tim satuan tugas (Satgas) KKP sejak beberapa pekan lalu melakukan penyelidikan atas dugaan praktik perbudakan ABK asing asal Myanmar, Laos dan Kamboja di Benjina.

Dari penyelidikan itu tim dibantu TNI Angkatan Laut telah mengevakuasi sedikitnya 347 ABK asing dari Benjina dan Dobo (ibu kota Kepulauan Aru) ke Tual.

Ratusan ABK asing itu saat ini ditampung di Pelabuhan Perikanan Nusantara Tual, menunggu proses pemulangan ke negara asal mereka.

Dugaan praktik perbudakan di Benjina pertama kali diungkap wartawan Associated Press dalam laporan bertajuk "Was Your Seafood Caught By Slaves", yang memperlihatkan adanya penjara dan kuburan di Pulau Benjina.

Pewarta: Aladin Sukma

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015