Ambon (Antara Maluku) - Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo menyatakan tantangan terbesar yang dihadapi dalam menjalankan tugasnya di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara, yakni terjaminnya kerukunan antarkelompok masyarakat.

"Kerukunan antarkelompok masyarakat yang telah berlangsung cukup baik selama ini perlu dirawat, karena daerah ini pernah mengalami kerusuhan sosial yang terjadi mulai tahun 1999," kata Mayjen Doni, di Ambon, Jumat.

Mantan Komandan Jenderal (Danjen) Korps Komando Pasukan Khusus (Kopasus) mengatakan hal itu, pada acara apel bersama TNI Polri, dalam rangka serah terima jabatan Pangdam XVI/Pattimura, yang sebelumya dipimpin oleh Mayjen TNI Wiyarto dan sekarang menjabat Aster Panglima TNI.

Hadir dalam apel bersama itu, Kasdam XVI/Pattimura Brigjen TNI M B Taufik, Kapolda Maluku Brigjen Pol Murad Ismail, para prawira, prajurit TNI dan Polri, pegawai sipil Kodam XVI/Pattimura serta para undangan lainnya.

Menurut Mayjen Doni, dalam melaksanakan tugasnya di daerah ini, dirinya akan meneruskan apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya yang dinilainya telah berhasil membangun kebersamaan dengan Polri.

"Bapak Mayjen TNI Wiyarto telah berbuat yang terbaik untuk daerah ini, hal itu tidak terlepas partisipasi dan dukungan yang luar biasa Polda Maluku yang dipimpin oleh Brigjen Pol Murad Ismail," katanya.

Karena itu, tantangan yang dihadapinya sekarang adalah bagaimana merawat suasana damai yang ada, apalagi itu menjadi kebijakan Pangdam sebelumnya, bahwa memimpin wilayah Maluku dan Maluku Utara harus dengan hati.

"Diawal tugas ini, saya mengimbau kepada segenap komponen masyarakat yang ada di wilayah Maluku dan Maluku Utara termasuk TNI dan Polri, bahwa ketong (kita) semua basudara (bersaudara). Jangan ada 3M (melotot, marah dan memukul) tetapi harus 3S (Senyum, Sapa dan Salaman)," ujar Mayjen Doni.

Sebagai pimpinan TNI di Maluku dan Maluku Utara, lanjut dia, pihaknya berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga dan meningkatkan kwalitas soliditas antara aparat TNI dan Polri.

"Bapak Mayjen Wiyarto meninggalkan ide bahwa wilayah Maluku dan Maluku Utara harus dijadikan laboratorium sinergitas kebersamaan antara aparat TNI dan Polri. Karena itu, ide ini perlu diimplementasikan kepada setiap anggota TNI di satuan tugasnya masing-masing," katanya.

Dia menambahkan, sebagai pimpinan TNI di Maluku dan Maluku Utara, pihaknya akan meningkatkan kemampuan pengawasan di seluruh wilayah, khususnya aparat teritorial dan aparat intelijen sehingga apabila ada gejala-gejala infiltrasi dari sejumlah pihak yang ingin memecah belah dan mengadu domba antarkomponen masyarakat di daerah ini, segera melakukan tindakan tepat.

"Kalau ada gejala-gejala infiltrasi dari sejumlah pihak yang ingin memecah belah dan mengadu domba antarkomponen masyarakat di daerah ini, harus segera melakukan tindakan tepat, agar ini tidak berkembang dan tentunya yang bersangkutan melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan negara kita," tegas Mayjen Doni.

Ia juga berkomitmen untuk meneruskan program yang telah digariskan pendahulunya Mayjen Wiyarto, terutama mengamankan wilayah-wilayah perbatasan negara yang merupakan sebuah tugas yang diberikan oleh Markas Besar TNI dan Angkatan Darat.

"Saya akan meningkatkan upaya-upaya tersebut, namun tentunya perlu waktu bagi saya untuk mendapatkan berbagai macam masukan sehingga bisa lebih tepat dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan," katanya.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015