Ternate, 29/8 (Antara Maluku) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Maluku Utara menyatakan, melemahnya nilai rupiah hingga mencapai Rp13.907/dolar Amerika tidak berdampak bagi inflasi provinsi itu, terutama harga barang impor.

"Maluku Utara ini tergolong daerah kecil, sehingga minat masyarakat untuk membeli barang impor yang memungkinkan terpengaruh nilai rupiah terhadap dolar Amerika relatif rendah," kata Humas Perwakilan BI Maluku Utara, Faizal Rahman di Ternate, Jumat.

Karena tidak terlalu tergantung pada bahan impor, maka pengaruh rupiah terhadap kurs dolar Amerika kurang berdampak terhadap perekonomian di Maluku Utara.

Apalagi, kebutuhan masyarakat dipenuhi produksi pasokan dalam negeri sehingga masyarakat jangan resah dengan pengaruh kurs rupiah terhadap dolar Amerika.

Begitu pun didukung ketersediaan pangan yang dipasok dari produksi para petani di Maluku Utara.

"Bank Indonesia Perwakilan Maluku Utara sejak dini telah mengantisipasi lemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika, terkait kondisi global dan lebih focus pada kebijakan yang sifatnya jangka pendek," katanya.

Bahkan, Bank Indonesia juga lebih menekan likuiditas untuk menjaga agar lekuditas yang ada ini jangan sampai berkurang yakni melalui operasi moneter, tetapi hal itu lebih banyak diperankan di pusat.

"Kalau pada tingkat daerah kita lebih banyak melakukan kebijakan-kebijakan yang berkordinasi dengan pihak eksternal seperti pihak Otortas Jasa Keuangan (OJK) agar bisa mencari solusi guna menjaga inflasi," katanya.

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015