Kota Vatikan, 5/10 (Antara Maluku) - Paus Fransiskus pada Senin menyatakan bahwa dalam persoalan keluarga, lembaga Gereja harus berani berubah untuk memenuhi kehendak Tuhan agar tidak menjadi "museum ingatan".

Paus menyampaikan hal tersebut saat membuka rapat akbar uskup dari seluruh dunia, yang akan membahas cara mempertahankan bentuk keluarga tradisional tanpa mengesampingkan anggota gereja Katolik lain, seperti, pelaku homoseksual dan yang bercerai.

Pertemuan itu, yang dihadiri 300 uskup dan perwakilan, akan menjadi medan perdebatan kelompok liberal dengan konservatif dalam sejumlah persoalan.

Dalam pidatonya, Paus Fransiskus mendesak uskup tidak hanya berbicara namun juga mendengarkan yang Tuhan kehendaki bagi 1,2 milyar anggota Gereja.

Di sisi lain, paus juga menyatakan bahwa keberanian berubah itu tidak berarti bahwa Gereja harus "membiarkan dirinya menjadi korban intimidasi dari godaan dunia."

Namun, dia juga mengingatkan bahwa para uskup harus menjauhkan diri dari "kerasnya hati, yang meski mempunyai niatan yang baik, namun justru membuat orang jauh dari Tuhan."

Menurut paus, iman Kristen "bukanlah sebuah museum yang harus dirawat dan diselamatkan" namun seharusnya menjadi sumber inspirasi. 

Fransiskus mendesak para uskup untuk mempunyai "keberanian menghidupkan Gereja dan tidak membuat kehidupan Kekristenan menjadi museum ingatan."

Para uskup yang telah berkumpul akan menggelar rapat tertutup dan kemudian menyampaikan laporan kepada paus yang kemudian akan menggunakan dokumen tersebut untuk menuliskan dokumennya sendiri, dikenal dengan nama Nasihat Apostolik, dalam persoalan keluarga.

Salah satu topik penting dalam rapat akbar itu adalah bagaimana melibatkan jamaah Katolik yang telah bercerai ataupun menikah kembali dalam acara-acara sipil.

Menurut ajaran Gereja, mereka masih tetap menikah dengan pasangan yang pertama dan kini hidup dalam keadaan dosa. Beberapa uskup liberal mendesak perubahan aturan yang tidak memungkinkan mereka menerima sejumlah sakramen seperti komuni.

Pada bulan lalu, Paus Fransiskus mengeluarkan aturan yang menyederhanakan dan mempermudah pembatalan nikah bagi jamaah Gereja. Sejumlah pihak menilai langkah tersebut merupakan reformasi terbesar yang pernah dilakukan Gereja selama 250 tahun.

Paus juga mendesak agar para uskup lebih terbuka terhadap pasangan yang telah bercerai.

Topik penting lain yang juga dibahas adalah para homoseksual.

Menjelang pertemuan tersebut, pihak Vatikan mengeluarkan seorang pendeta asal Polandia dari Tahta Suci setelah dia mengaku sebagai penyuka sesama jenis.

Vatikan sendiri menjelaskan bahwa pemecatan pendeta Polandia itu dilakukan karena pengakuan publiknya ditujukan untuk menekan pertemuan akbar yang dikenal dengan nama sinod. (Reuters)

Pewarta: G.M.N. Lintang

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015