Ambon, 29/11 (Antara Maluku) - Pakar filsafat asal Ambon Prof. Aholiab Watloly mengatakan karakter orang Maluku terbentuk dari geografi wilayah kepulauan yang terdiri dari 93 persen laut, sehingga mencair dan tidak tertutup terhadap perbedaan.

"Nilai dasar yang membentuk karakter orang Maluku adalah kemajemukan dari daerah kepulauan dan lautan yang merupakan realitas pembentuk lingkungan, mereka bersifat cair dan mengalir serta tidak tertutup karena fungsinya menghubungkan satu wilayah dengan yang lain," katanya di Ambon, Minggu.

Aholiab yang juga Guru Besar Filsafat pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpatti mengatakan nilai-nilai dasar karakter manusia membentuk intelektual, moral dan kejiwaannya yang tampak dalam perilaku dan tindakan.

Sebagai daerah dengan karakteristik kepulauan dan dikelilingi oleh laut yang membentang luas lebih dari besar daratan yang ada, orang Maluku teradaptasi oleh alam, mereka keras terlihat keras tapi sesungguhnya tidak seperti yang terlihat.

Hal itu, menurut dia, terlihat juga dari kentalnya budaya kekerabatan dalam pandangan hidup orang Maluku, mereka tidak mengindahkan perbedaan budaya dan kesukuan tertentu.

"Setiap pulau memiliki nilai masing-masing karena mempunyai kebudayaan dan lingkungan yang berbeda-beda, tapi nilai perbedaan itu tidak bersifat anarkis, orang Maluku sangat terbuka dan saling menerima sebagai orang basudara (bersaudara)," ucapnya.

Ia menambahkan, dengan modal karakter yang majemuk, keras tapi terbuka dan menerima perbedaan, secara hakiki orang-orang Maluku sejak dilahirkan telah memiliki ciri dari Bhineka Tunggal Ika.

"Tidak bisa disangkal kalau kita berasal dari basis-basis kesukuan tapi bangsa ini tanpa keaslian suku bukanlah Indonesia, itu menjadi kamar-kamar untuk membangun rumah bersama. Ke-Maluku-an kita tidak menjadi ancaman bagi orang lain, kita menjadi orang Indonesia karena kita orang Maluku," katanya. 

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015