Ambon, 22/2 (Antara Maluku) - Kodam XVI/Pattimura saat ini tengah menggalakkan penggunaan perangkap ikan oleh masyarakat dengan alat tradisional berupa "bubu" yang terbuat dari anyaman bambu atau rotan, yang merupakan program "emas biru" atau budidaya/perangkap ikan, Kodam setempat.

Kepala Penerangan Kodam XVI/Pattimura, Kolonel Arh M Hasyim Lalhakim di Ambon, Senin mengatakan, Kodam Pattimura sedang menggalakkan "bubu" sebagai sarana alat penangkap ikan tradisional yang telah dikenal oleh masyarakat nelayan sejak ratusan tahun yang lalu.

"Keramba memiliki fungsi sebagai tempat memelihara ikan, sedangkan bubu merupakan alat perangkap ikan tradisional yang terbuat dari anyaman bambu atau rotan," kata Kolonel Hasyim.

Menurut dia, alat perangkap ikan tradisional ini, dinilai sangat efektif dan ekonomis untuk mendapatkan ikan-ikan dalam keadaan hidup yang berkualitas tinggi, baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat maupun dijadikan bahan pakan ikan, serta menjadikan indukan bertelur.

"Asilulu merupakan salah satu Desa atau Negeri di Jazirah Leihitu, Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), yang masyarakatnya sebagian besar nelayan telah menjadikan bubu sebagai alat perangkap ikan tradisional turun temurun dari nenek moyang mereka," katanya.

Raja Aisilulu, bapak Ali, kata Kolonel Hasyim, disela-sela kunjungan Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI Doni Monardo, ke Negeri itu pada Minggu (21/2) membenarkan bahwa masyarakatnya banyak menggantungkan hidup mereka dari perangkap ikan tradisional tersebut.

"Taher Mahulau alias Memet (55) salah seorang nelayan di Negeri Asilulu, telah menyebarkan sejumlah bubu di perairan pulau tiga, tidak jauh dari negeri itu. Pangdam Mayjen Doni, menyaksikan dari dekat pada saat pengangkatan bubu dari dalam laut, setelah selama tiga hari terapung pada kedalaman tertentu untuk perangkap ikan," jelasnya.

Ia mengungkapkan, Memet yang berprofesi sebagai nelayan bubu itu, memulai usahanya dengan modal satu juta rupiah. Saat ini, ia telah memiliki sebanyak 15 bubu yang tersebar di perairan pulau tiga.

"Memet yang memiliki 15 bubu itu, masing-masing bisa menghasilkan Rp500.000 sampai Rp600.000, sekali angkat, dapat menghidupi keluarganya," kata Kolonel Lalhakim.

Karena itu, kata dia, Pangdam tertarik dengan bubu yang merupakan salah satu program emas biru yang saat ini sedang galakan pihak Kodam. Karena itu, bubu yang dibuat biayanya tidak terlalu mahal, tetapi bisa menghasilkan ikan bernilai tinggi dan dapat mensejahterakan masyarakat setempat.

"Bubu tidak merusak lingkungan, juga tidak seperti penggunaan bom ikan yang masih marak digunakan oleh oknum-oknum nelayan yang mencari ikan," ujarnya.

Ia menambahkan, keramba jaring apung dan keramba tancap telah tersebar di berbagai wilayah di Maluku sebagai kebijakan program emas biru maupun emas hijau Kodam XVI/Pattimura.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016