Ambon, 4/3 (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Said Assagaff menyatakan usaha tukang perahu di desa Galala dan Poka tidak akan mati sekalipun Jembatan Merah Putih (JMP) kelak dibuka untuk lalu lintas kendaraan roda dua dan empat.

"Perahu tradisional sudah ada puluhan tahun. Sejak saya dulu masih kuliah pun menyeberang dari Wayame-Ambon bawa sepeda naik di perahu. Mereka akan tetap ada dan ekonominya tetap jalan" katanya di Ambon, Jumat.

Gubernur Said menegaskan hal tersebut dalam menanggapi keresahan para tukang perahu yang mencari nafkah dengan menjual jasa penyeberangan dari kasawan Desa Galala ke Poka dan sebaliknya.

Sebelumnya, sejumlah tukang perahu yang ditemui Antara mengatakan kehadiran JMP akan mengurangi pendapatan mereka, karena masyarakat yang memiliki kendaraan roda dua maupun empat sudah dapat melintasi Teluk Ambon lewat jembatan sepanjang 1,06 kilometer yang menghubungkan dua desa tersebut.

"Kita ini sebagai pedayung perahu rasa resah. Pendapatan per hari biasanya Rp50.000 atau Rp60.000 bahkan Rp100 ribu. Tapi kalau jembatan ini dia lancar berarti bisa jauh berkurang, mungkin Rp30.000 per hari saja kita susah payah mendapatkannya," kata Bongso, yang mengaku sudah 12 tahun menjalani profesi tukang perahu.

Hal senada diungkapkan Felix, yang menyatakan kehadiran JMP akan semakin memberatkan usaha tukang perahu, yang selama ini juga bersaing dengan speedboat (perahu cepat) dan kapal motor penyeberangan (feri).

Menurut Felix, dengan tantangan yang semakin berat ia dan teman-temannya sesama tukang perahu berharap pemerintah daerah dapat memberikan perhatian, misalnya dengan memberikan dana kompensasi untuk menopang biaya kehidupan keluarga mereka.

Ia juga menyatakan profesi tukang perahu merupakan kearifan lokal warga masyarakat yang akan terus dilestarikan.

Jembatan Merah Putih rencananya dioperasikan mulai Maret 2016. Uji ketahanan jembatan khususnya pada bagian bentangan tengah pun sudah dilakukan pada Kamis (3/3), melibatkan 44 truk bermuatan pasir dengan total berat mencapai 352 ton.

Satu-satunya kendala yang mungkin masih mengganjal adalah pembebasan lahan milik keluarga Nurhayati Tutupoho di area "underpass" (jalan bawah tanah) Sudirman, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembangunan JMP.

Pewarta: Nur Januarita

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016