Ambon, 1/8 (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Said Assagaff menyatakan dirinya telah menyampaikan rencana pendirian Institut Teknologi Ambon (ITA), yang digagas Presiden Soekarno pada 1956, kepada Megawati Soekarnoputri.

"Saya sudah bertemu dengan Ibu Mega di Jakarta, beberapa waktu lalu, dan menyampaikan buku yang menulis tentang gagasan Presiden Soekarno mendirikan ITA," kata gubernur di Ambon, Senin.

Ia menyatakan Megawati saat itu meminta waktu untuk mempelajari gagasan tersebut, tetapi pada prinsipnya mendukung.

"Minimal ada restu dari Ibu Mega untuk pendirian ITA, karena strategis bagi penyiapan SDM berkualitas guna mengelola potensi sumber daya alam (SDA) Maluku dan provinsi lainnya di wilayah Timur Indonesia," ujarnya.

Gubernur mengemukakan, buku tersebut juga telah ditunjukkannya kepada Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan yang ternyata tertarik dengan gagasan itu.

Pimpinan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon juga memberikan persetujuan, bahkan, Dekan Fakultas Teknik Unpatti Ambon, D. Ilelah menjamin 90 dosen siap mengajar bila institut tersebut beroperasi.

Gubernur berharap dukungan juga datang dari pemerintah pusat.

"Kita berharap Presiden Joko Widodo dapat melakukan peletakan batu pertama pembangunannya pada saat menghadiri perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di kota Ambon pada 9 Februari 2017," ujarnya.

Gubernur menyatakan pihaknya juga sudah meminta dukungan dari PWI Pusat melalui ketuanya, Margiono, saat berkunjung ke Ambon pada 24 Mei 2016.

"Minimal itu merupakan salah satu "kado` bagi Maluku yang dipercayakan menyelenggarakan HPN 2017 dengan PWI Pusat menjalin koordinasi lintas Menko maupun Kementerian/Badan/Lembaga teknis," katanya.

Menurut gubernur, Dinas PU dan Perumahan Rakyat Provinsi Maluku telah diarahkan melakukan survei untuk pembangunan kampus ITA di desa Suli, pulau Ambon, kabupaten Maluku Tengah.

"Langkah ini seiring dengan tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sedang melakukan studi kelayakan yang diharapkan rampung menjelang akhir 2016," ujarnya.

Gubernur juga mengaku telah bertemu dengan sebagian dari 25 mahasiswa, baik S-1 maupun S-2 yang kuliah di Rusia, yang setelah menamatkan pendidikan dan kembali ke Indonesia pada 1968/1969 kurang diberi peranan untuk mengaplikasikan ilmu mereka.

Padahal, saat itu pemerintah Rusia mengalokasikan anggaran 5 juta dolar AS dan peralatan untuk pengembangan ITA yang saat ini berlokasi di Fakultas Teknik Unpatti Ambon.

"Saya masih sempat bertemu dengan para lulusan itu saat menjadi Kepala Bidang (Kabid) di Bappeda Maluku, seorang di antaranya yang saat ini masih hidup dr.Atihuta," kata Gubernur Said.

Pewarta: Alex Sariwating

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016