Jakarta, 29/9 (Antara Maluku) - Kalangan produser film menyatakan film lokal, yakni film-film yang mengangkat tema-tema kedaerahan serta diproduksi sineas-sineas daerah di Tanah Air menjadi masa depan industri film di Indonesia.

Avesina Soebli dari Rumah Produksi Falcon dalam diskusi perfilman di Jakarta, Kamis, menyatakan tema-tema film yang bercerita seputar kota metropolitan Jakarta sudah banyak diangkat ke layar lebar, sehingga penonton mengalami kejenuhan.

Indonesia, ujarnya lagi, memiliki keragaman budaya lokal serta kekayaan cerita yang berkembang di daerah yang layak diangkat sebagai tema film layar lebar.

"Ke depan film-film lokal ini yang akan menjadi masa depan film Indonesia," ujarnya dalam diskusi yang digelar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Demi Film Indonesia (DFI).

Salah satu film layar lebar yang diproduksi sineas daerah dan mengangkat kehidupan lokal, yakni "Uang Panai" yang ditayangkan di bioskop sejak 25 Agustus 2016 atau dalam waktu satu bulan mampu menarik penonton hingga 500 ribu orang.

Film "Uang Panai" yang artinya uang mahar tersebut menceritakan adat sosial di Makassar yang menetapkan tingginya mas kawin atau uang mahar itu diproduksi oleh sineas kota Anging Mamiri itu.

Amril Nuryan, produser Uang Panai menyatakan, pada awalnya hanya menargetkan perolehan penonton sebanyak 200 ribu orang namun tidak menyangka jika debut produksinya tersebut disaksikan hingga 500 ribu penonton.

"Saat ini di sejumlah bioskop terutama di Indonesia Timur, seperti Makassar, Bau-Bau, Kalimantan, masih menayangkan film ini," katanya lagi.

Dia mengungkapkan pada awal pemutaran, film yang bergenre komedi serta menggunakan bahasa daerah itu hanya mendapatkan jatah  pemutaran di 17 layar di seluruh Indonesia, sedangkan di Makassar hanya lima layar.

Namun setelah sukses meraih penonton, lanjutnya, Uang Panai mendapatkan jatah pemutaran sebanyak 57 layar di seluruh Indonesia, sedangakan di Makassar saat ini 7 layar.

"Ke depan kami mengharapkan film-film di daerah akan tumbuh, sehingga memperkaya film nasional," katanya lagi.

Amril juga mengimbau agar tidak ada lagi dikotomi film lokal dan film nasional, karena film-film yang diproduksi sineas daerah sejatinya juga merupakan film Indonesia.

Sebagai apresiasi terhadap film-film daerah, ajang penghargaan terhadap film nasional Indonesia Box Office Movie Award (IBOMA) yang tahun depan memasuki tahun kedua akan menambahkan kategori.

"Tahun depan kami akan memasukkan kategori Film Lokal Terlaris dalam ajang IBOMA. Ini agar sineas-sineas lokal bergairah membuat film nasional dengan unsur-unsur kedaerahan," kata Harsiwi Achmad, Board of Directors SCTV selaku penyelenggara IBOMA.

Pewarta: Subagyo

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016